Kamu mungkin tak menyangka bahwa di tengah gemerlapnya kemajuan zaman, jutaan saudara kita di pelosok negeri ini masih berjuang setiap hari hanya untuk mendapatkan setetes air bersih.
Masalah ini bukan sekadar cerita dari daerah terpencil; krisis air bersih adalah ancaman nyata yang perlahan mendekati pintu rumah kita semua.
Mengapa, di negara yang kaya akan sumber daya air, masyarakat kita masih mengalami kesulitan yang begitu mendasar ini? Apakah kita hanya akan diam dan membiarkan krisis ini terus memburuk? Atau, apakah sudah saatnya kita mulai peduli dan bertindak nyata? Temukan jawabannya dalam ulasan berikut yang akan membuka mata kita tentang betapa seriusnya masalah ini dan mengapa kita semua harus terlibat.
Kenapa Krisis Air Bersih Terjadi?
Ada beberapa faktor utama yang menyebabkan krisis air bersih di Indonesia. Pertama, distribusi air yang tidak merata menjadi kendala utama. Menurut laporan dari Badan Pusat Statistik (BPS), sekitar 12% rumah tangga di Indonesia masih belum memiliki akses terhadap air bersih yang layak (BPS, 2023).
Di daerah-daerah terpencil, masalah ini semakin parah karena infrastruktur yang minim dan sulitnya jangkauan ke sumber air yang layak konsumsi. Akibatnya, banyak masyarakat yang terpaksa menggunakan air dari sumber yang tercemar, seperti sungai atau sumur dangkal.
Kedua, pencemaran air merupakan ancaman serius yang memperburuk krisis ini. Limbah industri, pertanian, dan rumah tangga yang tidak diolah dengan baik menyebabkan banyak sumber air di Indonesia tercemar.
Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan bahwa sekitar 60% dari 550 sungai di Indonesia tercemar oleh limbah domestik dan industri (KLHK, 2023).
Pencemaran ini mengakibatkan air sungai yang seharusnya bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari menjadi tidak layak untuk dikonsumsi. Masyarakat yang tetap menggunakan air tercemar ini sangat rentan terhadap berbagai penyakit, seperti diare, kolera, dan infeksi kulit.
Selain itu, perubahan iklim juga turut memperburuk kondisi ini. Musim kemarau yang semakin panjang akibat pemanasan global mengurangi debit air di banyak sungai dan waduk.
Di sisi lain, intensitas hujan yang tidak menentu menyebabkan banjir di berbagai daerah, yang tidak hanya merusak infrastruktur tetapi juga mencemari sumber-sumber air bersih. Kombinasi antara kurangnya air saat kemarau dan banjir saat musim hujan membuat masyarakat semakin sulit mendapatkan air bersih yang stabil sepanjang tahun.