Lihat ke Halaman Asli

Nufransa Wira Sakti

TERVERIFIKASI

Profesional

Membangun “Silicon Valley” di Indonesia, Mengapa Tidak?

Diperbarui: 9 Juni 2016   20:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi Silicon Valley. Internationalculture.com

Apabila mendengar nama Silicon Valley, tergambar di pikiran kita suatu daerah yang mempunyai infrastruktur dan teknologi canggih yang menjadi tempat berkumpulnya para pakar dan perusahaan teknologi informasi di negara bagian California, Amerika Serikat. 

Daerah ini memang terkenal sebagai tempat bermulanya perusahaan-perusahaan besar di bidang teknologi informasi seperti; Adobe, Apple, Cisco, Yahoo dan nama besar lainnya. Bukan hanya itu, di tempat ini juga terdapat pusat riset atom dan mesin pemecah atom terbesar di AS.

Istilah Silicon Valley sendiri muncul pada tahun 1971 pada sebuah buletin mingguan Electronic News yang menggambarkan suatu wilayah yang menjadi lokasi perusahaan-perusahaan dalam industri semikonduktor dan industri teknologi. 

Silikon adalah bahan dasar untuk pembuatan keping semikonduktor dan prosesor, sedangkan disebut Valley (bukit) karena pusat industri hardware dan software itu terletak di Santa Clara Valley, di ujung San Fransisco Bay. Awal mula berdirinya Silicon Valley sendiri dirintis oleh Universitas Stanford pada tahun 1890 untuk menciptakan kawasan industri teknologi yang berpusat di California. 

Kerja sama dengan berbagai perusahaan teknologi dan pusat pendidikan tersebut bersinergi pada awal tahun 1950-an untuk menyamakan visi dan misinya. Sebuah perjalanan yang panjang dan membutuhkan waktu cukup lama untuk mengembangkan kawasan tersebut. Saat ini, Silicon Valley telah menjadi simbol sebuah kawasan peradaban berteknologi tinggi yang menghasilkan produk yang digunakan jutaan umat manusia.

Saat ini, bidang Teknologi Informasi (TI) telah berkembang sangat pesat terutama semenjak berkembangnya dunia internet. Demikian pula halnya di bidang perangkat keras, kemajuan yang sangat pesat juga sangat dirasakan. 

Hampir setiap tahun terdapat banyak inovasi terbaru TI di bidang komputer, medis, telekomunikasi bahkan karya seni yang lahir dengan perantaraan teknologi informasi. Bukan tidak mungkin kalau beberapa tahun ke depan, cahaya dapat menjadi sumber energi yang digunakan sebagai pengantar komunikasi data yang digunakan untuk jaringan komputer.

Melihat perkembangan dunia TI selama ini, Indonesia hanya menjadi “penonton” dan konsumen yang baik. Berbagai macam produk inovasi terbaru menjadi santapan para pegila gadget dan TI di Indonesia yang jumlahnya sangat banyak. 

Setiap produk terbaru yang diluncurkan oleh produsen ternama, selalu saja terdapat antrean panjang dari konsumen Indonesia. Sampai kapan kita akan menjadi pemakai sejati tanpa berkontribusi untuk kemajuan teknologi?

Melihat contoh dari bukit silikon di AS, penciptaan teknologi oleh suatu perusahaan bukanlah sebuah proses instan yang dapat dihasilkan dalam waktu sekejap. Berdasarkan karakterisitiknya,  karya teknologi sarat oleh penelitian dan eksperimen dan lahir melalui proses yang sangat panjang. 

Semua diawali dari bangku sekolah dengan adanya kebiasaan untuk mengadakan penelitian dan pengembangan dalam skala kecil. Budaya untuk menulis, membaca dan meneliti sehingga menjadi suatu karya ilmiah patut dikembangkan sejak usia dini. Hal ini yang masih dirasakan kurang pada sistem pendidikan di Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline