Lihat ke Halaman Asli

Franhky Wijaya

TERVERIFIKASI

pemerhati bidang properti

Catatan Kaki: Evolusi SOHO

Diperbarui: 22 Juni 2020   13:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernah dengar sales yang menawarkan Soho ? Produk properti yang satu ini sudah dikenal publik semenjak 5 tahun belakangan ini. Bahkan sekarang sudah banyak developer yang menawarkan produk ini. Bisa saja dengan nama yang berbeda, tetapi fungsinya tetap sama. Soho adalah kependekan dari Small Office Home Office. 

Dari katanya saja kita bisa tahu kalau ini adalah gabungan rumah dan kantor dalam dalam versi yang lebih kecil. Mungkin akan lebih mudah jika kita membayangkan rukan (rumah kantor) tetapi dalam bentuk yang lebih kecil. Bedanya kalau rukan langsung menghadap ke jalan raya, tetapi soho ini adalah unit kecil yang disusun secara vertikal ke atas. 

Soho biasanya terdiri dari dua lapis. Lapis pertama difungsikan ruang kerja, dimana di ruangan bisa menampung sampai 6 orang dan lapis kedua sebagai lantai mezzanine digunakan untuk tempat istirahat atau kamar tidur. Jadi konsepnya, di lantai bawah adalah ruang kerja dan lantai atas sebagai hunian. 

Sewaktu diluncurkan produk ini cukup laris di pasaran, karena harga soho dibawah harga rukan/ruko sementara sebagian besar aktivitas yang bisa dilakukan di rukan/ruko juga bisa dikerjakan di Soho. 

Jadi sangat cocok buat usaha start up dan usaha yang tidak membutuhkan banyak orang, seperti programmer, graphic designer, arsitek ataupun konsultan.  Tetapi belakangan ini pasar properti agak lesu dan otomatis juga berpengaruh kepada penjualan Soho. Di sini lain, harga soho juga sudah mulai merangkak naik. Memang ada yang beli produk Soho tetapi penjualannya sudah tidak secepat dulu lagi. 

Harga sangat sensitif di pasar. Harga yang terlalu tinggi susah diserap oleh pasar dan harga yang terlalu rendah juga susah bagi developer untuk bergerak. 

Mencari titik temu ini memang susah. Harga Soho cukup tinggi karena diasumsikan ada dua lantai. Kalau ditotalkan ternyata luasan Soho juga besar dan ini berpengaruh langsung ke harga jual. Dan harga per meter persegi Soho jelas lebih tinggi dari harga per meter apartemen. Para developer terus berinovasi agar produknya diterima oleh masyarakat. 

Pertanyaan awal yang selalu dipikirkan adalah bagaimana bisa menjual produk dengan harga yang lebih murah. Harga murah memang bukan sebagai patokan untuk bisa diterima oleh pasar. Yang cepat diterima pasar adalah harga murah dengan konsep yang bagus. Kembali lagi ke harga jual yang dinilai cukup tinggi, unit Soho yang tadinya dua lantai dipangkas menjadi satu lantai. 

Dengan asumsi lantai mezzanine untuk tempat tidur "dikorbankan" atau dihilangkan. Jadi di dalam unit ini benar-benar hanya ada ruangan untuk bekerja. Urusan tidur atau istirahat dilakukan di rumah masing-masing.

Berubah konsep, tentu saja muncul produk baru dengan nama yang baru juga. Orang-orang mengenalnya dengan istilah "coworking". Coworking ini adalah semacam ruangan yang dibagi-bagi, dimana di dalamnya orang bisa bekerja selayaknya di dalam kantor. Tetapi ruangannya tidak sebesar kantor layaknya di jalan Sudirman atau Thamrin. Ukurannya kira-kira 30 m2 utk empat orang di dalamnya. 

Yang banyak kita temui adalah coworking yang disewakan, bisa per bulan, per hari bahkan per jam. Kecenderungan developer adalah menjual coworking ke para investor dan nantinya selama operasional  ada pengelola yang bertanggung jawab menjalankan coworking tersebut. Sama halnya dengan bisnis hotel. Developer yang bangun dan dioperasikan oleh pihak ketiga. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline