Efek domino yang disebabkan oleh Covid-19 juga sampai ke sektor properti, walaupun secara tidak langsung. Di sini saya hanya mau sharing saja apa yang tengah kita alami di tengah pandemi ini.
Saya bekerja di sektor properti dan sekarang sedang membangun gedung apartemen. Sejak terdengar adanya covid-19 di Jakarta sekitar bulan Maret 2020, semua orang merasa was-was dan pemerintah DKI pun setelah itu melakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) guna menghentikan penyebaran virus. Slogan "stay at home" terus didengungkan. Dan tidak beberapa lama dari saat itu, banyak mall besar yang tutup.
Seperti yang sering kita lihat, promosi penjualan properti lebih banyak dilakukan di mall-mall. Event-event yang sudah direncanakan sebelumnya terpaksa dibatalkan. Selain itu, pembagian brosur ke calon konsumen pun nyaris tidak bisa dilakukan. Otomatis bisa ditebak, promosi kurang, penjualan pun mengalami penurunan.
Dalam keadaan pandemi seperti ini membeli rumah mungkin bukan menjadi prioritas dibandingkan dengan kebutuhan hidup yang lain. Yang membeli rumah adalah orang-orang yang memang butuh sekali tempat tinggal, tapi bagi para investor mereka masih bisa menunda sampai keadaan sudah mulai membaik.
Para sales yang biasanya mempunyai pekerjaan di event atau pameran, sekarang sudah tidak terlihat lagi. Mereka bekerja dan menghubungi konsumen hanya lewat online. Membeli rumah memang bukan seperti beli sayur di pasar. Banyak pertimbangan yang harus dipikirkan karena menyangkut harga yang cukup besar.
Biasanya konsumen sebelum membeli rumah, seringkali melihat rumah contoh yang sudah disiapkan developer. Jadi calon konsumen punya pandangan, rumah atau unit apartemen seperti apa yang bakalan mereka dapat dari developer.
Tapi dengan adanya pandemi ini, calon konsumen tidak bisa lagi melihat rumah contoh secara langsung. Hal ini kita siasati dengan menggunakan VR (Virtual Reality). Teknologi ini memang sudah lama digunakan untuk menjajakan properti di luar kota.
Walaupun mereka tidak bisa melihat langsung rumah contoh, tetapi setidaknya mereka bisa punya bayangan. Sekarang teknologi ini, calon konsumen dapat melihat rumah contoh walaupun mereka ada di rumah.
Di saat pandemi, di mana rata-rata sektor ekonomi melambat, kita punya banyak waktu untuk berpikir, produk apalagi yang bisa dijual di pasar setelah keadaan mulai membaik. Seperti mata uang, ada sisi buruk dari pandemi, tetapi ada juga sisi baiknya.
Kita punya banyak waktu untuk memikirkan dan merencanakan beberapa produk yang siap di launching. Sebut saja product rumah compact luasan kecil untuk keluarga muda dan kaum milenial yang baru memulai karir serta rukan dengan konsep yang berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya.
Walaupun kita semua bekerja dari rumah sesuai dengan arahan pemerintah, tetapi pekerjaan saya secara pribadi tidak terlalu berpengaruh. Apa yang saya kerjakan di kantor selama ini memang bisa saya kerjakan di rumah. Jadi sama saja sibuknya.