Lihat ke Halaman Asli

Frando Nainggolan

Berkarya Tanpa Batas

"Jalan untuk Berbuat Baik"

Diperbarui: 13 Juni 2021   21:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ada seorang pria yang memiliki tiga anak, dan dia memiliki sebuah cincin bertakhtakan permata yang sangat indah. Siapa saja yang mengenakan cincin itu akan menjadi begitu menyenangkan sikapnya, dan akan kelihatan tampan dan cantik, dan pasti dia berbeda dari orang lain, sehingga setiap orang yang melihatnya akan merasa menyukainya dan mencintainya. 

Cincin itu adalah jimat yang diwariskan dari kakeknya kapada ayahnya dan diwariskan lagi kepada putranya. Tetapi sekarang sang ayah mempunyai tiga putra, yang sama-sama ia cintai. Supaya anaknya tidak saling membenci, bertengkar satu sama lain untuk merubut cincin tersebut, Maka pria itu membuat dua cincin lain yang mirip cincin ajaib itu.

 Ketika ia hampir menghadap ajalnya, ia mengumpulkan ketiga putranya dan memberikan kepada mereka masing-masing sebuah cincin. Kemudian, timbul perselisihan tentang siapa yang memiliki cincin ajaib yang mendatangkan banyak kebaikan kepada pemiliknya.

Maka ketiga putra itu mendatangi seorang hakim bijaksana untuk memecahkan persoalan mereka. Ia menguji dengan teliti cincin itu dan berkata, "Saya tidak dapat mengatakan yang mana cincin ajaib itu, tetapi Anda sendiri dapat membuktikan itu", kata sang hakim.

Kemudian dengan serentak mereka menjawab; "Kami?!" mereka terperanjat kebingungan. "Bagaimana caranya?"

 Lalu hakim itu berkata; "Seperti ini caranya".  "Cincin ajaib itu diharapkan dapat memberikan kebaikan kepada sikap orang yang mengenakannya. Maka, jalan satu-satunya untuk membuktikan bahwa engkaulah yang memiliki cincin ajaib itu ialah dengan menunjukkan kepada kami kehalusan budi, perbuatan baik, dan sikap yang rendak hati, serta bersikaplah ramah, baik serta jujur dan engkau akan membuktikan dirimu bahwa sesungguhnya engkaulah pemilik cincin ajaib yang sejati. 

Maka ketiga pemuda tersebut, berlomba-lomba untuk melakukan kebaikan, dan mereka selalu bersikap ramah, sopan dan peduli akan orang lain.

Dari sini, maka terlihatlah suatu kebaikan, kepedulian, keramahan, dan rasa suka orang lain kepada mereka. Sehingga sifat-sifat kebaikan yang mereka lakukan bukan semata-semata  terletak didalam kekuatan cincin ajaib itu, namun sikap-sikap yang baik itu sudah terletak di dalam hati mereka masing-masing. 

Melalui hal itu sang hakim berkata kepada mereka; " perbuatan dari kekuatan cincin tersebut tidaklah berarti lagi, tetapi kekuatan itu telah kalian nyatakan dari hati kalian masing-masing, itulah kekuatan yang abadi.

Sehingga jelaslah melalui cerita ini, kesadaran kita untuk  berbuat baik, bersikap rendah hati, ramah, jujur, dan peduli kepada orang lain, adalah pancaran dari kekuatan hati kita yang digerakkan oleh hati nurani. Melalukan kebaikan itu, bukan semata-mata karena menggunakan banda-benda yang di anggap keremat. 

Oleh sebab itu, tetaplah pancarkan kebaikan di dalam kehidupan kita sehari-hari, supaya orang lain mengenal kita, menjadi orang-orang yang rendah hati dan yang peduli kepada orang lain, dari kekuatan hati nurani kita bukan karena melihat apa yang kita pakai di tubuh kita ini (bukan melihat dari fisik). 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline