Penulis berharap judul diatas agar memberi pengertian agak sedikit jauh kepada semua para pembaca bahwa Negara China Komunis RRC yang sedang berinvestasi besar di Indonesia dengan pola sistem investasi satu paket dengan TKA China sekaligus, perlu diwaspadai. Kita ketahui selama ini, banyak orang keturunan China masuk secara gelap ke Indonesia melalui berbagai cara pidana lalu dalam persembunyian mereka diuruskanlah legalitas KTP keberadaan mereka di Indonesia dengan menggunakan berbagai cara uang sogokan kepada para pejabat. Sejak Pemerintahan Jokowi inilah awal persahabatan yang erat kembali bersemi setelah kejadian pemberontakan Komunis PKI dan Baperki (Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia) berisi anggota banyak komunitas warga China di Indonesia yang menyengsarakan banyak rakyat sejak peristiwa G30S PKI dahulu. Paham Komunis yang berkuasa saat itu di Indonesia lebih condong kepada Negara China Komunis RRC. Kini disaat Pemerintahan Jokowi, kembali mesra hubungan Indonesia dengan Negara China Komunis RRC.
Ketika zaman jaya jayanya PKI (Partai Komunis Indonesia), Ir.Soekarno Presiden yang sebagian sangat disanjung bangsa Indonesia, Soekarno membuat hubungan politik luar negeri Indonesia dengan China Komunis RRC (Republik Rakyat China) dengan nama “POROS PEKING JAKARTA”. Begitu eratnya hubungan Negara Indonesia dengan China Komunis RRC, karena saat itu Negara dan Pemerintah dikuasai dan didominasi oleh kekuatan PKI. Pada saat itu, militer kita di belikan dan disuplai dengan senjata laras panjang buatan China Komunis RRC bernama “Chung” yang pelurunya bisa meledak dua kali sebagai tanda persahatan kedua Negara dan ada realisasi saling imbal beli produksi. Hampir semua senjata yang dipakai para anggota PKI yang melakukan G30S yang ingin mensabotase pemerintahan Indonesia memakai senjata Chung ini termasuk membunuh para pahlawan di Lubang Buaya dan teror cungkil mata PKI ketika itu.
Persahabatan yang bersemi kembali setelah peristiwa G30S PKI dengan China Komunis RRC dengan Indonesia, membuat kecurigaan Pemerintahan AS selama ini sehingga terlihat AS membentuk politik luar negerinya yang wait and see, hal ini membuat kecurigaan dan kegerahaan pihak Indonesia sehingga sangat dipentingkan untuk berangkat ke AS disamping ada negosiasi tentang investasi besar AS di Papua menggunakan nama perusahaan kapitalis PT.Freeport Indonesia. Akibatnya perasaan rakyat Indonesia tercederai perasaannya karena menyaksikan secara langsung pengingkaran dan kemunafikan atas ucapan Jokowi dan para pendukungnya dengan sebutan “Pemerintahan Jokowi PRO RAKYAT”.
Pemerintahan China Komunis RRC, paham mereka masih tetap Komunis walaupun mereka sedang menjalankan politik industrialisasi gaya Kapitalis Barat. Jadi bisa kita katakan sebagai Negara China Komunis RRC sebagai Negara KOMUNIS KAPITALIS sehingga mereka dapat menekan biaya tenaga kerja bergaya kerja sistem Komunis antara nasib pemimpin dan rakyat sependeritaan dan sepenanggungan. Walaupun banyak pemimpin Komunis yang munafik bergaya Kapitalis ditengah penderitaan rakyat komunisnya.
Memang benar China Komunis RRC 10 tahun terakhir mendapatkan nilai hasil kemampuan ekonomi yang spaktakuler rataan 7% sampai 9% sampai pada akhir tahun 2012 yang lalu. Booming ekonomi inilah yang membuat tabungan devisa Negara China Komunis RRC membesar, sehingga sekarang mereka banyak berinvestasi dinegara-negara Barat bahkan memberi bantuan keuangan kepada banyak Negara Barat. Paham Komunis inilah yang membuat daya saing produksi China Komunis RRC cukup tinggi. Atas kemampuan daya saing inilah mereka China Komunis RRC banyak investasi diberbagai Negara termasuk Indonesia. Seharusnya Indonesia bisa memanfaatkan China Komunis RRC ini, akan tetapi mereka jangan sampai mendikte politik luar negeri dan dalam negeri Indonesia seperti sekarang Pemerintahan Jokowi. (Francius Matu)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H