Mohon maaf kepada semua guru yang masih menjaga idealismenya dan masih mempertahankan jati dirinya sampai saat ini. Akan tetapi guru yang idealis seperti ini masih sangat sedikit dan bisa dihitung jari untuk setiap kabupaten.
Tulisan ini berupaya untuk menyorot kebanyakan sekolah negeri baik SD, SMP dan SMA, membiarkan beberapa guru yang kemungkinan atas persetujuan terselubung dengan kepala sekolah untuk mencari uang dengan menjual berbagai buku pelajaran yang sangat sulit untuk didapatkan di pasar buku diluar sekolah. Buku-buku yang dijual oleh sekolah tapi seolah-olah bukan sekolah yang menjualnya adalah hasil kerjasama kotor antara penerbit buku dengan beberapa sales mereka, sehingga mau tidak mau para murid terpaksa untuk membeli buku-buku tersebut dengan harga yang tidak bisa dikorting sebagaimana kalau kita membeli buku di pasar buku ada rabatnya. Harga setiap buku biasanya bervariatif rata-rata pada kisaran Rp. 30.000,- s/d Rp. 95.000,- per buku (kali belasan buku) bahkan lebih besar. Belum lagi para murid harus membeli buku paket LKS yaitu buku-buku yang dicetak dan harus ditulisi jawabannya pada buku itu juga sehingga buku LKS tidak akan mungkin bisa dipakai lagi selanjutnya (perilaku pemborosan).
Keburukan pada setiap sekolah negeri kita, buku yang dipakai pada tahun yang lalu atau dua tahun yang lalu, tidak akan mungkin dipakai lagi oleh sekolah lagi pada tahun berturutan dan buku-buku pelajaran sudah berubah dengan buku-buku materi pelajaran yang sama, akan tetapi penerbitnya sudah berbeda. Inilah bentuk kerjasama jahat antara penerbit dengan para guru di sekolah negeri.
Para kepala sekolah dan para guru sekarang sudah tidak mau tahu dengan prinsip sekolah, bahwa sekolah adalah merupakan tempat untuk mendidik para murid untuk bisa terampil dan berpengaetahuan luas serta bisa mengerti setiap materi pelajaran yang disajikan serta para murid bisa mandiri dalam kehidupannya kelak. Malah saat ini sekolah dijadikan oleh para guru sebagai ajang untuk mencari dan mendapatkan uang tambahan (bisnis kotor) dan para murid dijadikan sebagai pasarnya para guru yang tidak bertanggung jawab ini, dan sekolah bukan untuk berdagangnya para guru dan malah sering didukung oleh para kepala sekolahnya.
Pada setiap akhir tahun, biasanya para guru jahat ini dan kepala sekolah, membuat berbagai acara study tour keluar kota, bahkan ada sekolah yang membuat perjalanan wisata ke luar negeri dan tentu sangat memberatkan para orang tua murid atas semua biaya yang akan ditanggung orang tua.
Sebagaimana yang ditulis dari seorang tua murid di Kompasiana : "Tampaknya masih terlalu banyak penyimpangan pada bidang penyelenggaraan pendidikan. Di sana-sini masih terlalu banyak carut-marut. Justru penyimpangan banyak terjadi di tubuh penyelenggara pendidikan itu sendiri. Korupsi pada pengadaan peralatan penunjang sekolah, pengadaan sarana yang tidak sesuai dengan kebutuhan siswa, pengadaan peralatan yang tidak ditunjang dengan tenaga pendidik yang mampu memberikan pembelajaran pada sarana tersebut, pengadaan sarana yang bahkan tidak dapat dipergunakan sama sekali, pengurangan bobot pada pembangunan sekolah, penarikan pungutan pada tenaga guru yang ingin mengikuti pelatihan, pungutan kepada calon-calon kepala sekolah, hingga pungutan-pungutan kepada siswa berlabel "sumbangan sukarela" mengatas namakan Komite Sekolah". (tulisan Herlina Butar-Butar)
Sekolah seperti diatas, biasanya para muridnya tidak akan bisa berprestasi, kalaupun ada yang berprestasi, itu adalah sebagai kemampuan tambahan yang distimulasi dan dimotivasi oleh kedua orang tua mereka dirumah. Dominan dari sekolah dari para guru dan kepala sekolah yang suka memeras murid dan para orang tua murid, adalah para guru yang menganjurkan kepada seluruh muridnya untuk saling mencontek disaat adanya setiap Ujian Nasional (UN). Ini merupakan kebohongan besar dan penipuan kotor serta manipulasi penilaian, manipulasi prestasi dalam pendidikan Nasional kita selama ini. Sekaligus perlakuan guru-guru seperti ini merupakan andil besar perusak pendidikan Nasional.
Penulis berpesan kepada seluruh jajaran Kementerian Pendidikan & Kebudayaan, serta para Bupati, Walikota, Gubernur untuk membenahi kondisi yang salah yang masih saja terjadi pada semua sekolah negeri kita. Bisakah Pemerintahan Jokowi untuk memperbaiki kondisi sekolah yang sudah sangat rusak ini ? Harapan besar tentu ditujukan kepada Pemerintahan yang sekarang ini. (Francius Matu)
Para Guru Kepala Sekolah Rendah Wawasan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H