Simpang siur yang dilansir oleh beberapa Media TV selama dua hari ini, yang mengatakan ATC (Air Traffic Control) mengiizinkan Airasia QZ8501 untuk naik sampai 38.000 kaki ternyata tidak benar. Yang benar adalah Airasia QZ8501 dizinkan hanya berbelok kekiri pada ketinggian semula yaitu 32.000 kaki untuk menghindari awan comulonimbus (CB). Alasan ATC Bandara Soekarno-Hatta tidak mengizinkan untuk naik sampai 38.000 kaki adalah karena ada pesawat lainnya didalam jalur dan ketinggian yang sama.
Dilematis yang dihadapi pilot pesawat inilah yang menambah keruwetan pengambilan keputusan terbaik, anehnya disaat pesawat akan berbelok kekiri jam 07.55 WIB pada ketinggian 32.000 kaki, pesawat tiba-tiba tidak terdeteksi oleh ATC dan hilang kontak. Apakah usulan pilot saat itu terlambat disampaikan ke ATC Soekarno-Hatta atau periode tenggang waktu jawaban dari menara ATC yang lambat datangnya ke pesawat. Pada sisi lain, apakah pesawat berbelok kearah kiri masih dalam ketinggian 32.000 kaki atau berbelok kekiri lalu menaik kearah 38.000 kaki. Hal ini perlu klarifikasi secepatnya dari Menteri Perhubungan RI.
Kalaulah benar pesawat saat itu mengendalikan pesawat berbelok kekiri, maka kemungkinan kejatuhan tidak berada pada sekitar wilayah udara Tanjung Pandan, Bangka Belitung dan Pontianak, akan tetapi bisa disekitar wilayah Lubuk Linggau Propinsi Sumatra Selatan sampai kesekitar G.Liwa Propinsi Lampung atau lautan Samudra Hindia (Indian Ocean).
Kita semua berdo'a bersama agar semua pihak yang sedang melakukan tugas pencarian saat ini selalu dalam keadaan sehat serta iklim setempat yang cerah, lalu bisa menemukan segera sebelum jam 18.00 nanti. Kepada semua keluarga penumpang Airasia QZ8501 semoga bisa selalu bersabar.(Francius Matu)
Setiap tahun baru maksiat meningkat tajam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H