Lihat ke Halaman Asli

Buruknya Cara Komentar Pendeta Nararya

Diperbarui: 17 Juni 2015   13:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14207670761063017863

Sangat buruk dan sangat busuk cara menjawab seorang Kompasianer bernama Nararya ketika menjawab serta menanggapi beberapa tulisan dan komentar jika dia menilai bahwa ada sebuah tulisan atau komentar yang sangat sulit untuk dia jawab. Kalau membaca beberapa tulisannya, memang sangat banyak saduran dan comotan dari berbagai referensi dalam istilah asing, sehingga banyak pembaca tersihir dengan olahkata comotan dalam tulisannya yang bertendensi seolah-olah sangat berkualitas tinggi sehingga beberapa pembaca menyematkan komentarnya dengan kalimat "tulisan sangat tinggi", "tulisan berkelas", "tulisan ilmiah"  dan ternyata si Nararya sangat senang sekali dengan komentar jenis sanjungan seperti ini. Sangat banyak terlihat dari tanggapan komentarnya yang menunjukkan keriangan yang luar biasa dari komentar sanjungan seperti itu. Rupanya dia sangat menantikan adanya komentator yang akan menuliskan kalimat-kalimat sanjungan. Ini menunjukkan seperti orang yang sedang bermasalah psikologis yang sangat serius dan haus akan sanjungan dari tulisannya.

Kalau membaca tulisannya, dia selalu menujukkan dirinyalah yang paling benar, paling hebat dan semua tulisan dan pemikiran orang lain adalah salah. Hanya argumentasinyalah yang paling benar dan argumen orang lain lemah dan salah serta sesat pikir. Ini menunjukkan dirinya sedang bermasalah kejiwaan yang sebenarnya tidak disadarinya dan selalu mengatakan tulisan orang lain sebagai sesat pikir dan dirinya serta pemikirannya tidak dalam kesesatan pikir. Kalau kita perhatikan beberapa tulisannya, penuh dengan kesesatan pikir yang sangat nyata sehingga kita semua tertawa membaca tulisannya yang sangat subjektif itu. Memang senjata beberapa penulis agar tulisannya kelihatan seolah berkualitas, dia akan memasukkan banyak kata-kata asing, istilah asing dan banyak pembaca harus menterjemahkan lagi kata-kata/idiom itu sehingga ada yang berkomentar saya harus berulang-ulang membacanya dan sukar memahaminya. Makin banyak pembaca yang tidak mengerti, pendapat dia akan semakin ilmiah tulisannya. Lalu komentar seperti ini juga sangat mensumringahkan perasaan si penulis, terlihat dalam kalimat komentar balasannya (citra gangguan kejiwaan sipendeta terlihat).

Menurut penulis, setiap kita berkomunikasi, seharusnya kita memakai bahasa yang baik dan benar yang cepat dan mudah dimengerti oleh orang banyak.  Hanya orang yang super angkuh serta pamer kehebatan dan tidak mengerti saja yang memakai bahasa komunikasinya dengan berbagai bahasa dan kata asing sehingga mempersulit pengertian isi yang dia komunikasikan. Dan ini merupakan cara berkomunikasi yang terlalu membuang energi secara sia-sia.

Perhatikan betapa bahagianya sipenulis ketika ada komentar seperti dibawah ini :

[caption id="attachment_345594" align="aligncenter" width="500" caption="Betapa gembiranya dia menanggapi komentar ini"][/caption]

Inilah komentar penulis yang dikatakan sebagai sampah oleh Pendeta Nararya :

1420767226100811771

Lalu inilah screenshot komentar buruknya Pendeta Nararya yang tidak pantas :

14207672892068711921

Betapa luar biasanya perasaan benci Pendeta Nararya kepada penulis, padahal isi kalimat dalam komentar penulis tidak menyinggung siapapun malah bermaksud untuk partisipasi dalam menanggapi isi tulisannya. Justru kolom komentar yang disediakan oleh admin Kompasiana adalah untuk peluang interaksi berkomentar secara baik. Rupanya ini sangat tidak disadari oleh Pendeta Nararya yang katanya sangat berpendidikan itu.

Lucunya, ketika ada yang menanggapi komentar sampah yang dikatakan Nararya itu (ini lapak pameran buruk Pendeta Nararya), si Pendeta Nararya malah mengucapkan terima kasih kepada sipenanggap. Ternyata apa yang dikatakan komentar sampah itu, oleh Pendeta Nararya sampahnya dimakan oleh dirinya melalui wawasan memori otaknya. Kalau sampah, sudah saja jangan diambil lagi oleh Nararya. Inilah bukti nyata sesat pikir yang ada pada diri Pendeta Nararya yang selalu suka mengumbar kata sesat pikir itu kepada orang lain. Inilah penampakan nyata dari budaya seseorang yang selalu menyatakan sesat pikir kepada orang lain, tapi sebenarnya dirinyalah yang sesat pikir sesungguhnya ditambah dengan ideologi pribadinya yang juga sering memahami serta menjiwai banyak kalimat sesat pikir yang selalu memerlukan jawaban pembenaran. (Francius Matu)





BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline