Lihat ke Halaman Asli

Gregorius Nyaming

TERVERIFIKASI

Hanya seorang anak peladang

Menilik Nilai Luhur Hidup bersama Suku Dayak Desa dalam Tradisi Mansai

Diperbarui: 30 Agustus 2021   06:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sungai Utik yang berarti putih, atau jernih dalam Bahasa Dayak Iban. Sungai ini merupakan sumber kehidupan | Foto: Aseanty Pahlevi/Mongabay Indonesia

Mereka yang hidup di bumi Kalimantan, sudah layak dan sepantasnya menghaturkan syukur kepada Tuhan, pencipta semesta alam atas kebaikan-Nya karena telah menganugerahkan alam yang begitu indah, beserta dengan segala isinya yang bisa dinikmati secara gratis.

Sayangnya, di beberapa tempat ragam isi alam itu tidak bisa lagi dinikmati oleh masyarakat karena hutan yang dulu rindang, kini sudah berganti menjadi lahan perkebunan. Sungguh memilukan!

Segala sesuatu yang gratis memang mengandaikan bahwa orang bisa mengambilnya dengan sesuka hati. Namun, tidak demikian dalam masyarakat Dayak Desa. 

Ada prinsip hidup bersama yang selalu dijadikan pedoman dalam menikmati segala sesuatu yang tersedia di alam.

Dalam artikel berikut ini, saya akan berangkat dari air (sungai) untuk menunjukkan bagaimana masyarakat Dayak Desa menghayati prinsip hidup bersama tersebut.

Seperti ladang (dua artikel saya terakhir), begitu pun sungai memberi inspirasi dalam mengurai dan merenungi makna kehidupan sebagai manusia. Sebab bagi masyarakat Dayak Desa, sungai juga menjadi arena dalam merayakan dan menghidupi kebersamaan.

Ilustrasi warga sedang mansai ikan dan udang | Sumber: Suarasarawak.my

Perayaan dan penghayatan atas kebersamaan itu hadir dalam sebuah aktivitas komunal yang dalam masyarakat Dayak Desa dikenal dengan nama "mansai".

Di daerah kita masing-masing, pastilah tradisi mansai ini masih ada. Dan barangkali juga ada dari antara kita yang masih sering dan sangat senang melakukannya.

Sebuah aktivitas yang terlihat biasa-biasa saja memang. Akan tetapi dalam masyarakat Dayak Desa, di balik aktivitas ini terkandung nilai luhur hidup bersama yang tercetus dalam semboyan: KALAU ABIH SAMA AMPIT.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline