Lihat ke Halaman Asli

Gregorius Nyaming

TERVERIFIKASI

Hanya seorang anak peladang

Idul Fitri, Kenaikan Isa Almasih, dan Memoria Passionis

Diperbarui: 16 Mei 2021   15:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi dari Manadopost.id

Sebuah momen yang sungguh indah di mana Hari Raya Idul Fitri dan Kenaikan Isa Almasih jatuh dan dirayakan pada hari yang sama. Beberapa rekan K-ners menyajikan artikel yang menarik dan inspiratif berkaitan dengan momen yang indah ini. Artikel-artikel tersebut intinya mau menekankan pentingnya persaudaraan dan toleransi antar umat beragama dalam kehidupan berbangsa.

Saya sendiri mencari-cari topik apa yang bisa diangkat berkaitan dengan momen yang indah ini. Sambil berselancar di Kompasiana, saya menemukan dua buah artikel yang ditulis Sang Numerolog, Pak Rudy Gunawan. Dua artikel beliau tersebut mengangkat kembali sejarah kelam yang pernah terjadi di Tanah Air kita ini, yakni kerusuhan Mei 1998.

"Kisah Pilu Kebakaran Mal Yogya Klender Mei 98: "Tolong Ma, Buka Pintunya" dan "Mengenang Ita Martadinata, Korban dan Saksi Perkosaan Mei 98", itulah judul dari artikel yang beliau tulis.

Terhadap artikel tentang Ita, di akun Facebook Kompasiana saya menemukan dua buah komentar seperti berikut:

"Mengapa diekspose lagi? Cukuplah menjadi arsip. Bukankah ini akan melukai hati keluarga korban?"

"Harusnya dalam suasana Hari Raya seperti sekarang tidak patut tidak patut mengekspose berita macam itu. Saya paham Anda bertugas, tapi pikirkan perasaan keluarga dia yang sudah menjadi korban".

Membaca artikel Pak Rudy serta komentar yang diberikan terhadapnya, ingatan saya langsung tertuju kepada salah satu topik yang digagas oleh Johann Baptist Metz, seorang teolog asal Jerman, dalam mengembangkan teologi politiknya. Topik yang dimaksud ialah Memoria Passionis (kenangan/ingatan akan sejarah penderitaan dunia).

Hari Raya Idul Firti dan Kenaikan Isa Almasih akan saya udar dalam kaitannya dengan topik ini. Senada dengan komentar seorang netizen di atas, ini masih dalam suasana Hari Raya, kenapa harus berbicara tentang penderitaan?

Terlihat tidak etis memang berbicara tentang atau mengingat penderitaan di tengah suka cita merayakan kemenangan. Akan tetapi, memang itulah tujuan Metz menggagas topik tersebut. Metz ingin menegaskan bahwa segala bentuk penderitaan umat manusia, khususnya yang terjadi di masa lalu, jangan sampai di lupakan begitu saja atau dianggap sah-sah saja dalam upaya mewujudkan masa depan.

Keberanian Pak Rudy mengangkat kembali kisah penderitaan yang memilukan yang dialami oleh anak manusia saya kira mempunyai tujuan yang sama seperti yang dimaksud oleh Metz.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline