Lihat ke Halaman Asli

Gregorius Nyaming

TERVERIFIKASI

Hanya seorang anak peladang

12 Tahun Kompasiana: Terima Kasih dan Mimpi dari Seorang Anak Peladang Suku Dayak Desa

Diperbarui: 26 Oktober 2020   14:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kompasiana.com

Hari ulang tahun Kompasiana sudah lewat beberapa hari. Tentu saja si anak peladang ini juga ingin mengucapkan terima kasih karena sudah diijinkan bernaung di dalam rumah yang indah, sejuk dan penuh damai ini. Meski agak terlambat, semoga saja ucapan terima kasih ini masih berkenan di hati Admin Kompasiana yang baik hati.

Bisa bergabung di Kompasiana rasanya sangat menyenangkan. Saya sangat bersyukur menemukan blog Kompasiana. Saya bergabung akhir Juni 2020 yang lalu. Agak terlambat memang sementara Kompasiana sendiri sudah berusia 12 tahun.

Saya sendiri heran, padahal setiap hari saya membaca berita di Kompas.com dan hampir selalu membuka laman Kompasiana.com. Ah, sudahlah. Maklum saja hanya seorang anak peladang. Hari-hari hidupnya lebih banyak di ladang dan di hutan ^_^

Sudah cukup lama sesungguhnya saya mengimpikan suatu saat bisa memperkenalkan suku Dayak dengan segala kekayaan budayanya kepada masyarakat luas lewat tulisan-tulisan saya. Namun belum menemukan media yang tepat untuk itu. Tuhan sepertinya mengirimkan Kompasiana untuk mewujudkan mimpi saya tersebut.

Artikel-artikel yang sudah pernah saya tulis boleh dibilang didonimasi oleh topik-topik seputaran etnis Dayak Desa dengan segala kearifan lokalnya yang sarat dengan makna. Beberapa juga hasil permenungan filosofis receh atas realitas dan pengalaman hidup.

Dengan menulis tentang suku Dayak saya tidak mendaku diri sebagai seorang Dayakolog. Pemahaman saya tentang suku Dayak masih sangat terbatas. Artikel-artikel yang sudah pernah saya tulis hanya tentang suku asli saya, yakni suku Dayak Desa. Salah satu sub suku dari sekian ratus sub suku yang ada di bumi Kalimantan.

Oleh karena itu, segala sesuatu yang saya tulis tentang suku Dayak Desa jangan sampai dilihat sebagai sebuah pandangan universal tentang suku Dayak. Memang terdapat beberapa perbedaan. Tapi dalam hal kepercayaan akan alam yang memiliki kekuatan mistis, karena itu harus diperlakuan secara hormat dan beradat, kami orang Dayak mempunyai pandangan yang sama.

Bila saya menulis tentang kearifan lokal suku Dayak Desa itu tak lain karena kearifan lokal memiliki kedalaman dan cetusan nyata yang indah berupa: relasi dengan Tuhan, relasi dengan alam atau dunia, relasi dengan sesamanya dan hidup bersama; juga bagaimana konsep kemanusiaan tumbuh dan berkembang, bagaimana pengertian tentang kebersatuan dihayati dan dihidupi; bagaimana kebersamaan dalam hikmat dan kebijaksanaan ditata; dan bagaimana gambaran mengenai keadilan diwujud-nyatakan (Armada Riyanto, Kearifan Lokal ~ PANCASILA. Butir-Butir Filsafat Keindonesiaan).

Dan yang tak kalah penting, masih dari sumber yang sama, kearifan lokal itu berbeda dari ideologi. Jika ideologi membuat manusia "terkurung" dan "terkungkung" dalam ide-ide tentang kekuasaan, kearifan lokal memungkinkan manusia berdialog dengan kehidupan keseharian secara lebih terbuka.

Mimpiku

Mimpi menulis artikel tentang suku Dayak sudah terwujud dengan saya masuk di rumah kebersamaan Kompasiana. Kini sebuah mimpi lain sedang menanti untuk diwujudkan. Ya. Si anak peladang ini bermimpi ingin menulis buku tentang suku Dayak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline