Persekutuan merupakan unsur yang sangat penting bagi keberlangsungan hidup sebuah komunitas. Dengan adanya persekutuan antar anggota, maka sebuah komunitas akan menjadi hidup, dinamis dan kokoh. Demikian juga sebaliknya, tiadanya persekutuan akan membuat sebuah komunitas secara perlahan-lahan menuju kepada kehancuran.
Arti penting persekutuan bagi hidup bersama disadari betul oleh masyarakat adat suku Dayak Desa. Terlebih lagi dalam konteks hidup mereka sebagai peladang, adanya persekutuan akan membuat pekerjaan menjadi lebih ringan.
Dalam suku Dayak Desa, persekutuan ini hadir dalam salah satu tradisi yang masih lestari hingga hari ini. Yakni, tradisi Beduruk.
Untuk sekedar mengingatkan, beduruk merupakan kerja gotong royong sekelompok warga dalam mengerjakan ladang. Mengapa tradisi ini muncul, bagaimana pelaksanaannya dan apa fungsinya, silakan baca di sini
Sebagai sebuah kegiatan komunal, tradisi ini memang menampilkan nilai-nilai esensial yang sangat penting untuk menunjang keberlangsungan hidup sebuah komunitas. Nilai-nilai seperti solidaritas, kesetiakawanan, pelayanan, pengorbanan, tanggung jawab, penghargaan terhadap sesama, dan seterusnya, semua dijumpai di dalam beduruk.
Dengan hadirnya nilai-nilai tersebut, penulis berani mengatakan, bahwa tradisi beduruk telah, sedang dan akan tetap selalu memainkan peran yang sangat penting bagi komunitas adat Dayak Desa dalam upaya mereka bertahan hidup di era modern ini.
Era di mana semangat gotong royong semakin digerus oleh individualisme dan pada saat mana hampir segala pekerjaan dinilai dengan uang. Peran beduruk dalam meneguhkan persekutuan antar anggota komunitas adat Dayak Desa memang tak diragukan lagi.
Namun sejak tradisi ini hidup di tengah komunitas yang para anggotanya adalah juga warga gereja, menarik untuk mengulik perannnya dalam membangun persekutuan antar umat beriman.
Mendengar kata umat tentu kita sudah bisa meraba-raba kalau tulisan ini akan berbicara dalam konteks agama tertentu. Ya. Tulisan ini secara khusus ingin menempatkan sumbangan beduruk dalam konteks keikutsertaan umat dalam karya kerasulan Gereja Katolik
Tentu saja tidak menutup kemungkinan bagi saudara-saudari yang berasal dari agama lain menimba inspirasi dari tulisan ini, jika memang dirasa berguna bagi kemaslahatan umat. Karena saya yakin, dalam agama kita masing-masing, ada banyak tradisi dan budaya yang dapat dijadikan sarana dalam mengkontekstualisasikan ajaran iman kita.