Lihat ke Halaman Asli

Gregorius Nyaming

TERVERIFIKASI

Hanya seorang anak peladang

Kasus Nge-Prank Isi Sampah dan Kaitannya dengan Ketakjuban sebagai Awal dari Filsafat

Diperbarui: 3 Agustus 2020   07:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Youtuber asal Palembang Edo Putra yang membagikan daging isi sampah kepada emak-emak. Sumber: tribunnews.com

Tulisan ini berangkat dari sebuah kegelisahan. Saya gelisah dengan apa yang dilakukan oleh youtuber Edo Putra yang membagikan daging kurban isi sampah kepada emak-emak. Setelah kasus Ferdian Paleka kita pastinya berharap hal serupa tidak akan pernah terjadi lagi. Namun, pengalaman rupanya belum menjadi guru yang terbaik bagi beberapa orang.

Sebelum Ferdian Paleka dan Edo Putra muncul, sesungguhnya sudah ada juga aksi yang membuat saya gelisah. Kita barangkali masih ingat aksi dua orang gadis di Mojokerto yang keramas di atas motor. Silakan baca di sini jika memang sudah lupa (kompas.com)

Aksi mereka yang katanya hanya demi mencari sensasi dan membuat konten lucu di Youtube, sungguh sangat memprihatinkan. Di mana letak lucunya?

Tak masuk akal rasanya memasukkan ke dalam kategori lucu sebuah aksi yang jelas-jelas tidak hanya melanggar aturan, tapi juga membahayakan nyawa sendiri dan orang lain.

Kembali ke kasus Edo. Edo Putra memang telah membela diri, bukan malah memberi klarifikasi, dengan menyatakan bahwa konten videonya tidak salah.

"Kalau kalian menonton video itu sampai habis, kalian akan mendapat manfaat. Tapi kalau kalian tidak melihat sampai habis itu penyebab kalian yang menghujat saya guys. Di video itu saya tidak melukai orang, malah saya memberikan uang pada mereka. Kalian salah sangka guys," begitu pembelaan yang ia berikan (detik.com).

Uang memang telah diberikan untuk menggantikan sampah. Bagi saya, sekalipun emas yang diberikan kepada emak-emak untuk menggantikan sampah itu, tidak akan bisa mengubah pandangan bahwa memberikan sampah kepada orang lain sebagai sembako, kurban, kado dan sejenisnya, merupakan bentuk perendahan yang paling menyedihkan atas martabat manusia.

Di tambah lagi aksi prank ini dilakukan masih dalam suasana Idul Adha. Hari Raya yang tentu saja mengandung banyak makna yang indah dan mulia bagi saudara-saudari  yang muslim.

Saya kutip saja renungan indah yang pernah ditulis oleh sobat Kompasianer Ozy V. Alandika tentang Hari Raya Idul Adha: "...kita merayakan Idul Adha yang mengingatkan kisah tentang sebuah keluarga mulia yang diabadikan oleh Allah Swt. untuk peradaban manusia. Yaitu kisah keluarga Nabi Ibrahim alaihissalam. Adalah tentang Kurban, tentang bagaimana Kurban mampu menjadi jalan takwa kita, mampu menjadi jalan untuk memperbaiki akidah kita, juga, tentang solidaritas dan persaudaraan" (K. 30 Juli 2020).

Pertanyaannya, apakah aksi nge-prank seperti ini sungguh menjadi jalan takwa, menjadi jalan untuk memperbaiki akidah, serta sungguh menunjukkan aksi solidaritas dan persaudaraan?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline