Lihat ke Halaman Asli

Gregorius Nyaming

TERVERIFIKASI

Hanya seorang anak peladang

Rumah Betang (Panjang) Suku Dayak: Indahnya Hidup dalam Kebersamaan

Diperbarui: 15 Juli 2020   17:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu Rumah Betang di Ensaid Panjang. Terletak di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Sumber: bombasticborneo.com

Keanekaragaman bentuk Rumah Adat merupakan salah satu kekayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Bentuk Rumah Adat yang beragam tersebut tentu saja dibangun berlandaskan pada kulturalitas-religiusitas masyarakat setempat.

Dalam suku Dayak juga terdapat sebuah rumah adat, yakni Rumah Betang atau Rumah Panjang. Di beberapa suku mereka menyebutnya dengan Rumah Radakng. Dinamakan sebagai Rumah Panjang karena bentuknya yang memanjang. Dalam satu Rumah Panjang biasa dihuni oleh 5-30 kepala keluarga.  

Sama seperti rumah-rumah adat di daerah lain, Rumah Panjang bagi suku Dayak tentulah bukan sebagai tempat tinggal semata. Tata letaknya -- sebagaimana dilansir dari getBORNEO.com - yang secara umum hulunya menghadap timur dan hilirnya menghadap barat merupakan sebuah symbol bagi masyarakat Dayak. Hulu yang menghadap timur atau matahari terbit memiliki filosofi kerja keras yaitu bekerja sedini mungkin. Sedangkan hilir yang menghadap barat atau matahari terbenam memiliki filosofi, tidak akan pulang atau berhenti bekerja sebelum matahari terbenam.

Mengapa dibangun berbentuk panggung, masih dilansir dari getBORNEO.com, didasarkan atas beberapa alasan esensial:

1. Menghindari rumah dari banjir, karena banyak Rumah Betang Suku Dayak yang di bangun di pinggir sungai.

2. Untuk melindungi penghuninya dari binatang buas.

3. Untuk melindungi penghuninya dari musuh.

Sekilas berkaitan dengan alasan yang ketiga. Pada zaman dahulu masih sering terjadi perang antarsuku dan antardesa. Atau yang lebih dikenal dengan Ngayau. Dengan tinggal di bawah satu atap seperti ini, maka mereka bisa dengan mudah untuk saling menjaga dan melindungi satu sama lain.

Sebuah pertemuan, yang dikenal dengan Pertemuan Tumbang Anoi 1894, menjadi fajar baru bagi peradaban suku Dayak. Pertemuan yang dihadiri oleh pemuka adat dan masyarakat Dayak seluruh Pulau Borneo telah berhasil menghentikan kebiasaan adat mengayau. Dinamakan Pertemuan Tumbang Anoi, karena dilaksanakan di Desa Tumbang Anoi, Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah.

Kembali ke topik utama. Rumah Betang atau Rumah Panjang memiliki fungsi yang sangat penting dalam merawat nilai-nilai adat dan budaya. Perlu dipahami bahwa ada tiga harmoni yang selalu mendapat perhatian dan selalu diupayakan eksistensinya oleh masyarakat adat Dayak, hampir di setiap sub suku, yakni harmoni dengan Yang Ilahi, harmoni dengan sesama dan harmoni dengan alam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline