Lihat ke Halaman Asli

Francisco Runggat

Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana Malang

Dimanakah Pancasila Kita?

Diperbarui: 24 Februari 2022   10:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

areaindonesia.com

Pernahkah anda mendengar seorang pasien ditolak di rumah sakit? Atau rumah sakit enggan menangani pasien-pasien peserta BPJS? Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir kita pasti sering mendengar berita-berita seperti ini dan tidak jarang beberapa kasus diantaranya berakhir pada kematian pasien yang terlambat mendapat pertolongan. 15 oktober 2011 Suryani (44) penderita getah bening ditolak rumah sakit Dharmais Jakarta hanya karena ia hanya memiliki surat keterangan tidak mampu. 2013 seorang ibu warga lubang buaya Jakarta Timur juga ditolak oleh Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo dengan alasan ruang rawat pasien penuh. Bahkan januari 2020 yang lalu seorang warga Cilebut bogor peserta BPJS Kesehatan PBI juga ditolak oleh rumah sakit dengan alasan yang sama, kamar rawat penuh.

            Alasan kamar penuh memang mungkin menjadi salah satu alasan paling masuk akal dari pihak rumah sakit untuk “menolak” secara halus pasien yang mereka anggap tidak menguntungkan ‘bisnis’ mereka. Bukan menjadi rahasia lagi, rumah sakit kini menjadi lahan bisnis bagi para pemilik modal sehingga mereka tentu saja tak ubahnya mirip sales-sales promotion yang setiap bulan dikejar target penjualan. Pasien-pasien yang tidak menguntungkan bisnisnya akan ditangani seadanya dan kadang terkesan lambat atau bahkan tidak sepenuh hati. Padahal menurut UU no 44 tahun 2009 Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, mafaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial. Pada UU yang sama pasal 46 ayat 1 dikatakan bahwa Rumah Sakit memiliki tanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit.

            Lalu apa yang terjadi di negara kita belakangan ini? Sebuah fenomena baru belakangan ini muncul dimana orang-orang kaya yang mampu membeli berbagai fasilitas yang selama ini hanya milik umum kian merebak dan merajai media masa kita. Fenomena ‘sultan’ seakan menjadi budaya yang biasa bagi masyarakat kita dan mereka yang miskin dibuai oleh tayangan-tayangan media yang memamerkan kekayaan-kekayaan ‘mereka’. Artis menjadi pebisnis, pebisnis menjadi artis, youtuber menjadi artis seolah menjadi lingkaran setan yang hanya berputar di orang-orang itu saja.

            Beberapa hari yang lalu pasangan muda youtuber dan anak artis/penyanyi menghebohkan dunia media online, bagaimana tidak pasangan muda yang sedang menanti kelahiran anak pertama mereka ini menyewa satu lantai rumah sakit menjelang kelahiran sang buah hati untuk menampung tiga keluarga besar. Pihak laki-laki yang adalah seorang youtuber dikenal dengan keluarga besar, ia memiliki saudara-saudari kandung sejumlah kesebelasan sepakbola, kemudian si perempuan yang hendak melahirkan adalah anak pasangan penyanyi. Mereka menyulap satu lantai rumah sakit itu seperti hotel, satu kamar mereka siapkan untuk ruang pasca melahirkan dan ruangan lain untuk keluarga besar mereka.

            Sungguh miris jika kita mau membandingkan dan menengok sejumlah kasus dimana pihak Rumah Sakit menolak pasien miskin, pasien BPJS dengan alasan kamar penuh sedangkan bagi mereka yang memiliki uang banyak, kedudukan, popularitas, Rumah Sakit malah dengan mudahnya menyewakan 1 lantai nya. Hingga tulisan ini saya buat sudah sangat banyak media yang memberitakan berita ini dengan judul yang beragam mulai dari headline-headline bernada positif hingga headline-headline yang mempertanyakan sisi kemanusiaan sang youtuber dan juga sikap pihak Rumah Sakit.

            Banyak komentar netizen mewarnai berita kelahiran anak youtuber ini mulai dari dukungan hingga cibiran. Komentar-komentar positif dan dukungan kepada pasangan selebritas ini ada yang berbunyi menjelaskan skema penyewaan 1 lantai rumah sakit tersebut tidak seperti yang dibayangkan netizen pada umumnya bahwa yang disewakan adalah ruangan vvip dan hanya 1 wing yang terdiri dari 4 kamar sehingga pasien lain tetap bisa menggunakan lantai-lantai lain dari rumah sakit tersebut. Namun terlepas dari itu semua berita tentang penyewaan 1 lantai rumah sakit ini tanpa disadari telah menciderai rasa kemanusiaan dan semakin menunjukkan betapa timpang nya kesejahteraan di negeri ini dan betapa memihaknya kehidupan ini. Dimanakah pancasila kita?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline