Lihat ke Halaman Asli

Apa Itu Silent Treatment?

Diperbarui: 23 Desember 2022   12:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Tidak semua diam adalah emas. Bahkan ada suatu bentuk diam yang begitu mematikan. Dikatakan mematikan karena tindakan diam ini dapat menyakiti orang lain. Dalam psikologi istilah ini dikenal sebagai Silent Treatment. Perilaku ini disebut-sebut termasuk dalam salah satu bentuk kekerasan emosional. Untuk mengenal lebih lanjut, mari kita simak pengertiannya.

Pengertian

Silent Treatment merupakan suatu kondisi di mana seseorang menolak untuk berkomunikasi secara verbal dengan cara mengabaikan atau menyisihkan yang lain dalam sebuah hubungan. Tindakan ini termasuk perilaku abusive pasif agresif. Tujuan pelaku melakukan hal sedemikian rupa umumnya dengan motif sengaja memberi efek jera atau hukuman pada lawan bicaranya supaya mereka sadar lalu melihat seperti apa responsnya. Dalam kata lain, pelaku Silent Treatment membutuhkan kepekaan orang lain untuk memahami perasaannya. Namun, ada juga yang menggunakan cara ini dengan niat untuk mengontrol emosi sejenak agar tidak meluap-luap tanpa bermaksud melukai. Bagaimanapun juga, Silent Treatment berbahaya bagi kedua pihak, baik untuk si korban maupun pelaku itu sendiri. Mengapa bisa seperti itu?

Faktor Penyebab dan Efek dari Silent Treatment

Kebiasaan Silent Treatment umumnya timbul lantaran pelaku tidak mampu mengungkapkan pendapatnya dengan tepat. Mereka merasa bingung harus mulai dari mana. Ada juga yang merasa perlu waktu untuk sendiri dahulu tetapi malah berlarut-larut dalam kesendirian. Faktor-faktor seperti ini menyebabkan seseorang tidak mampu berkomunikasi secara asertif dan perlahan tanpa disadari telah menanam bom waktu dalam diri. Khawatirnya, bila mereka sudah di tahap batasan paling akhir, emosi yang lama dipendam akan membuncah dengan klimaks tanpa diduga-duga kapan datangnya. Selain itu, bentuk penekanan emosi ini juga dapat mengakibatkan beberapa gejala penyakit baik jiwa maupun fisik. Menurut studi kesehatan, terlalu  banyak menyimpan masalah sendiri dapat meningkatkan resiko seperti stroke, jantung, depresi, hingga kematian dini. Di sisi lain, pihak yang mendapatkan perlakuan Silent Treatment akan menjadi stress dan merasa cemas berlebihan. Silent Treatment tidak hanya terjadi dengan pasangan dalam hubungan romansa, bisa juga ditemukan dalam beberapa kasus di keluarga, persahabatan, mitra kerja, dsb. Pada akhirnya, sebuah hubungan akan menjadi renggang bahkan terputus begitu saja ketika urusannya belum diselesaikan dengan baik antara salah satu individu atau kedua belah pihak.

Solusi Menghadapi Silent Treatment

Bila ditelaah dari pihak yang mendapat perlakuan Silent Treatment, kita perlu hati-hati untuk mengawali pembicaraan. Biasanya pelaku Silent Treatment hanya ingin didengarkan dan divalidasi apa yang ia alami. Oleh karenanya, coba terapkan beberapa langkah di bawah ini untuk bisa menghadapi perilaku Silent Treatment dengan tepat:

  • Introspeksi Diri

Memilah dan mengenali emosi yang dirasakan berdasarkan konteks supaya kita lebih paham cara untuk menyelesaikannya dengan orang tertentu. Lalu, refleksikan sejenak barangkali memang ada perbuatan yang tanpa diketahui ternyata kurang berkenan di hati orang lain.

  • Lakukan Pendekatan

Katakan bahwa terdapat perbedaan dari perilaku mereka yang tiba-tiba berubah lebih dingin dan cuek. Tetapi, jangan desak mereka jika belum menerima jawabannya. Cobalah untuk tetap bersabar supaya bisa mendekati mereka lagi dengan lembut dan mendapat perhatiannya kembali.

  • Minta Maaf

Permohonan maaf akan menjadi elemen penting untuk meluluhkan mereka yang mengabaikan lawan bicaranya dengan Silent Treatment. Ucapkan permintaan maaf yang tulus dan akui jika memang berbuat kesalahan sebagai bentuk penyesalan. Selanjutnya, komunikasikan tentang apa yang dapat dilakukan untuk memperbaiki keadaan.

Silent Treatment bukanlah sebuah bentuk kecerdasan emosional dalam mengendalikan amarah. Bukan juga jalan yang benar untuk menenangkan pikiran dan perasaan apalagi jika dampaknya berkepanjangan. Justru sikap ini terkesan berusaha kabur dan cenderung menambah masalah dengan mengaplikasikan sikap abusif tanpa disadari. Jadi, latihlah diri sendiri dalam berkomunikasi secara asertif dengan benar untuk sedapat mungkin meminimalisir tindakan demikian. Upaya ini dapat diusahakan dengan evaluasi diri dalam bentuk penerimaan, mulai dari menerima emosi yang dirasakan, inisiasi berbicara dari hati ke hati, dan melihat dari berbagai sudut pandang supaya lawan bicara tidak ikut tersakiti dengan perilaku Silent Treatment.

Jika kita ibaratkan dengan alam, masalah ialah fenomena hidup layaknya badai. Kita tidak mesti terus lari dan menghindar darinya, tetapi kita dapat menari-nari di tengahnya. Di setiap waktu pasti ada badai. Maka, belajarlah untuk menari indah bersama badai alih-alih membenci badai.

Salam hangat untuk kita semua,

Xoxo.

Referensi

Williams, K. D., Shore, W. J., & Grahe, J. E. (1998). The silent treatment: Perceptions of its behaviors and associated feelings. Group Processes & Intergroup Relations, 1(2), 117-141. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline