Lihat ke Halaman Asli

Berantas Korupsi Mulai dari Diri Kita Sendiri!

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Korupsi telah menyengsarakan bangsa ini. Berapa banyak kasus korupsi dari proyek pengadaan dan pembangunan di negara yang telah merugikan negara. Misalnya saja korupsi pajak yang terkenal itu, korupsi ambalat yang melibatkan orang besar, korupsi blbi, maupun kasus bank century yang merugikan nasabahnya secara langsung. Ini hanya korupsi besar yang terekspos media.Masih banyak korupsi yang tidak terekspos seperti korupsi pejabat negara dalam penerimaan pegawai negeri, korupsi pengadaan barang dilingkungan dinas-dinas daerah. Sungguh memilukan ya negeri ini! Mengatasi korupsi ini bukanlah perkara mudah karena kultur budaya kita yang sangat menjunjung tinggi kerjasama dan rasa empati yang besar terhadap orang lain. Saya pernah beberapa kali dihadapkan pada kasus menjurus korupsi. Pernah waktu itu saya membuat ktp di kecamatan. Ktp seharusnya menjadi hak setiap warga negara tanpa perlu membayar untuk mendapatkannya. Setelah ktpnya selesai dalam waktu beberapa jam saja, waktu saya mengambil KTP saya dimintai uang 5000 rupiah. Memang uang ini bukan nominal yang besar, tapi uang ini bukan hak mereka kan? Apa yang saya lakukan? Waktu itu saya terdiam sesaat. Saya bukan tipe orang yang suka berkonflik atau meributkan hal kecil. Tapi menurut saya meminta uang yang bukan haknya bukanlah hal yang kecil. Akhirnya saya pasrah memberinya uang 5000 yang ada di dompet saya. Inilah cikal bakal korupsi dan saya termasuk ke dalam lingkaran korupsi. Waktu itu saya bisa saja berkeras untuk tidak memberi mereka uang karena mereka dibayar untuk melayani masyarakat tapi saya agak malas dengan keributan setelahnya. Memang saya tidak seberani itu waktu itu dan saya menyesalinya karena kebiasaan dan ketidakberanian kita untuk mengatakan tidak pada aparatur negara yang korup (meskipun hanya 5000 rupiah). Padahal kalau kita melihat film K Vs K yang menggambarkan keberanian seorang pak guru menolak untuk menyogok agar diangkat menjadi pegawai tetap yang menginspirasi muridnya untuk tidak memakai calo saat mengurus pernikahannya sangat luar biasa. Tetapi perbedaan dalam kasus saya adalah mereka meminta uang setelah KTPnya selesai dan saya melihat semua orang memberi mereka. Tanpa kita sadari Korupsi ada di sekeliling kita dan mungkin kita terjebak di dalamnya baik sebagai penerima atau pemberi. setelah saya menonton K Vs K banyak hal yang mampu menginspirasi saya dalam menindaklanjuti kasus korupsi yang ada di sekeliling kita. Pertama, mulai dari hal yang kecil. Memang uang 5000 terlihat kecil. Akan tetapi, kalau kita terbiasa memupuk uang 5000 kepada aparatur negara mereka akan terbiasa menerima uang tanpa menyadari (atau tidak peduli lagi) kalau uang itu bukanlah hak mereka. Kedua, berusahalah untuk selalu jujur. Kita sebagai anak yang masih menerima uang dari orang tua harus jujur melaporkan kebutuhan kita sehari-hari speerti apa adanya, tidak ada penipuan di sana-sini untuk membeli keperluan yang tidak terlalu penting karena pada saat kita menipu orang tua mungkin orang tua kita juga melakukan hal yang sama di kantornya untuk mendapatkan uang lebih buat kita. Dan inilah permasalahannya yang akhirnya membentuk lingkaran korupsi. Ketiga, menjauhkan diri dari tindakan sogok menyogok. Berapa banyak kerugian kita akibat adanya sogok menyogok.Ingin masuk sekolah favorit saja sudah dihadapkan ke masalah sogok menyogok. Padahal dengan memasukkan satu orang saja harus menggeser satu orang yang berhak di kursi itu. Miris! Ada juga kasus penerimaan pegawai baru. Di daerah saya bahkan semua orang menganggap biasa menyogok atau pun menggunakan kekuasaan pribadi dan keluarga untuk menjadikan anaknya, keponakannya, saudaranya pegawai yang bukan hasil kemampuannya sendiri saat tes penerimaan pegawai baru. Mereka sudah tidak malu lagi! Keempat, amanah harus tetap di jalankan sekecil apapun amanah itu. Di film ketiga yang berjudul selamat siang, Risa ada tokoh yang dihadapkan pada masalah ada pihak lain (atasannya) yang ingin menyelewengkan amanah dengan memberikan izin untuk menggunakan gudang perusahaan dipakai tukang penimpun beras. Tokoh yang menjadi bapaknya risa menolak meskipun dirinya dalam keadaan terjepit secara ekonomi. Luar biasa. Dia berhasil mempertahankan kejujurannya. Ini memberikan pengaruh besar untuk anaknya saat memegang jabatan tinggi. Kelima, pemimpin seharusnya melindungi warganya bukan memanfaatkan kesempatan. Berapa banyak pemimpin kita yang saat akan diadakan pemilihan berjanji ini dan itu kepada warganya tapi saat sudah terpilih lupa akan janjinya kepada rakyat. Saat disodorkan uang dengan nilai yang besar oleh pihak lain, pemimpin langsung gelap mata dan melakukan apa saja serta rela diperbudak untuk uang. Kalau pemimpin saja sudah begini bagaimana dengan bawahannya? Keenam, mulailah dari diri sendiri. Apalah artinya semua masalah korupsi kalau kita tidak bisa memulai untuk tidak melakukan perbuatan yang salah yang sangat menjurus ke korupsi. Misalnya saja tidak jujur, selau menggampangkan masalah kecil yang jelas-jelas salah seperti menggunakan calo. Dan inilah cara paling dekat dengan kita dalam menghindari korupsi yaitu jangan pernah korupsi dan melakukan perbuatan yang menjurus ke korupsi!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline