Di era pandemi ini banyak sekali kejadian yang menunjukkan bahwa keberadaan alam tanpa manusia jauh lebih baik dibandingkan ketika manusia aktif bekerja. Hal ini bisa dilihat dari keadaan langit yang cerah dan biru ketika terjadi PSBB dan hampir tidak ada kendaraan yang melintas.
Selain itu beberapa hari lalu, muncul pula bahwa di lautan sekitar Hongkong muncul spesies lumba-lumba yang sudah snagat langka, yaitu lumba-lumba Tiongkok yang berwarna merah muda.
Melihat foto lumba-lumba yang berenang dekat pelabuhan yang dulu sangat terpolusi namun sekarang bersih akibta berkurangnya transportasi kapal membuat saya terpikir, mungkinkah selama ini kita semua bersikap egois? Mungkinkah selama ini kita mengeksklusifkan diri kita sendiri diatas segalanya?
Sebuah pemikiran terngiang dalam kepala saya, selama ini kita selalu menganggap bahwa kita, manusia, adalah makhluk kesayangan Allah. Tanpa bermaksud menafikan penlajaran agama dan kepercayaan lain, namun apakah hal ini benar? Apakah kehendak Allah memang seperti yang selama ini sudah terjadi?
Dimana manusia mengutamakan keselamatan dan kehidupan kita sendiri tanpa memperhatikan kerusakan yang kita timbulkan demi mencapai hal tersebut, kenyamanan hidup tersebut.
Lihat saja lumba-lumba langka ini, apa kiranya yang terpikirkan olehnya ketika melihat manusia berhenti beraktifitas sembari merusak alam entah kita sadari atau tidak. Apakah ia merasa gembira karena mengira kita sudah meninggalkan dunia ini dan pada akhirnya ia bisa hidup bahagia?
Kesadaran bahwa berhentinya manusia beraktifitas membangkitkan kembali bagian-bagian alam yang sudah rusak membuat saya merasa sedih. Karena saya sadar akan apa yang bisa hilang sebentar lagi bila kita tidak segera membuat perubahan. Yang saya ungkapkan ini bukan hanya sekadar omong kosong yang biasa diucapkan orang-orang, yang mengajak untuk menjaga alam.
Namun saya hendak mengajak Anda semua untuk berpikir, apakah Anda sadar bahwa ketika PSBB ini berakhir alam yang sedang berusaha memperbaiki dirinya sendiri ini akan kembali rusak bahkan akan semakin parah? Sadarkah Anda bahwa suatu saat nanti, mungkin tidak lama lagi, semua ini akan lenyap bila terus dimanfaatkan tanpa dilestarikan?
Kesedihan menerpa sesaat setelah rasa bersyukur melihat semua berita tentang alam yang tampak telah menunjukkan bentuk-bentuk perlawanan dan eksistensi terakhirnya terhadap kerusakan alam, eksploitasi, dan polusi.
Satu hal yang saya sadari bahwa mungkin COVID-19 ini adalah sebuah peringatan dari Tuhan. Tuhan mungkin telah menanggapi seruan minta tolong dari alam yang memohon agar diselamatkan.
Kemunculan satwa liar dan alam yang asri mungkin merupakan sebuah pengingat dari alam bahwa ia masih ingin untuk bertahan, dan inilah usaha nya (semoga bukan yang terakhir) untuk mempertahankan diri.