Lihat ke Halaman Asli

Fransiskus Nong Budi

Franceisco Nonk

Panorama Keikutsertaan Indonesia dalam Olimpiade

Diperbarui: 10 Agustus 2024   13:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lifter Indonesia Rizki Juniansyah meraih emas nomor 73 kilogram Olimpiade Paris 2024 di South Paris Arena, pada Kamis (8/8/2024).(Dok. NOC Indonesia)

Olimpiade Paris 2024 nyaris berada di akhir perhelatan. Sejak 26 Juli lalu para atlet telah bertanding dan mempersembahkan kemampuan terbaik mereka masing-masing bagi negaranya. Perlombaan akan berakhir pada 11 Agustus. Per 10 Agustus, Amerika, Tiongkok, dan Australia menjadi tiga negara dengan perolehan medali terbanyak dari negara peserta lainnya. 

Amerika dan Tiongkok sama-sama mengoleksi 33 emas, tetapi secara keseluruhan Amerika lebih unggul dari Tiongkok karena 111 medali yang diperoleh. Tiongkok mengoleksi total 83 medali. Persaingan menjadi yang terbaik masih terbuka per hari ini dan hari terakhir. Namun sejauh ini demikianlah situasi klasemen perolehan medalinya.

'Tradisi' di sini ditulis demikian dengan maksud mereduksi makna. Tradisi di dalam tulisan ini dipahami sebagai sesuatu yang berlangsung dalam kurung waktu yang lama dan terjadi secara tetap sehingga membentuk suatu pola. Tradisi dibicarakan dalam kaitan dengan keikutsertaan Indonesia dalam Olimpiade.

Indonesia telah memiliki Komite Olimpiade Nasional Indonesia sejak tahun 1946 dengan nama saat itu Persatuan Olah Raga Republik Indonesia (PORI), tetapi secara resmi diakui dunia ketika untuk pertama kalinya Indonesia terlibat dalam Olimpiade di Finlandia pada tahun 1952.

Dengan mengirimkan 3 atlet, Indonesia menjadi negara yang memiliki tim terkecil dalam Olimpiade kala itu. Indonesia mengirimkan ketiga atletnya untuk berpartisipasi dalam tiga cabang olahraga, yaitu Angkat Besi, Atletik, dan Renang. Meskipun tanpa medali, Thio Ging Hwie mencapai peringkat ke-8 dalam kelas ringan angkat besi kategori putra. 

Maram Sudarmodjo mencatat peringkat ke-20 dalam Lompat Tinggi kategori putra. Habib Suharko tidak mencapai babak penyisihan Renang gaya Dada jarak 200 meter kategori putra.

Semua pencapaian tersebut merupakan suatu langkah yang hebat mengingat Indonesia baru sekitar tujuh tahun merdeka dan dalam segala keadaan ekonomi dan politik yang dimilikinya. Ketiga cabang olahraga tersebut patut digarisbawahi di sini demi perkembangan yang lebih baik bagi Indonesia.

Untuk perhelatan berikutnya terjadi peningkatan drastis bagi keikutsertaan Indonesia. Olimpiade Melbourne, Australia, 1956 menjadi momen perbaikan bagi Indonesia. Kali ini Indonesia tidak lagi mengirimkan hanya 3 atlet, tetapi 22 atlet yang ikut bertanding pada 11 pertandingan dalam 6 cabang olahraga. Ini tentu merupakan suatu perkembangan yang sangat baik bagi Indonesia. Jumlah atlet yang ikut serta menjadi penting dan berarti. 

Dengan keadaan itu, rekor bagi Indonesia mulai dibuka pula. Atlet Indonesia berpartisipasi dalam cabang olahraga Angkat Besi, Atletik, dan Renang. Ketiga cabang olahraga ini telah diikuti dalam Olimpiade sebelumnya. 

Tiga cabang olahraga baru yang diikuti atlet Indonesia adalah Anggar, Menembak, dan Sepak Bola. Ini tentu merupakan sesuatu yang sangat membanggakan. Bahkan dari parameter historisitas partisipasi patut dikatakan sebagai mengejutkan dan sangat baik. Pun dari hasil yang diperoleh dalam Olimpiade termasuk sangat baik karena berada dalam rentang peringkat 5 hingga 30 untuk semua cabang olahraga yang diikuti.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline