Menulis opini merupakan satu aktivitas yang positif. Sebab, dengannya daya pikir dan analisa semakin tajam, tertata, dan terarah pada fenomena yang faktual dan dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu, berikut ada manfaat dan pentingnya menulis opini.
"Ayo, buat opini Anda!"
"Tuliskan apa saja yang ada dalam pandangan Anda tentang bahan itu!"
"Berkata-katalah satu atau dua menit tentang fenomena ini menurut alur pikiran Anda!"
Ketiga ungkapan di atas menjadi perwakilan dari sekian ungkapan yang kerap didengar saat belajar, kuliah, atau rapat. Guru, dosen, atau atasan memberi kesempatan pada kita untuk menyampaikan opini.
Tentu, mereka berharap, agar opini yang kita sampaikan berdasar, dapat dipertanggungjawabkan, teruji kebenarannya, dan membuka wawasan baru. Sebaliknya, mereka sungguh meng-awas-kan kita untuk memberikan opini yang dangkal, emosional, dan hasil plagiat.
Walau sejatinya mengandung unsur subjektif, opini harus disampaikan secara tajam dan bersifat netral. Di lain sisi, ketika menyampaikan opini, kita harus kritis dan dapat meyakinkan orang untuk berkata, "Puas aku mendengar dan atau membaca tulisan opini Anda!".
Latihan awal
Tidak semua orang punya bakat untuk menyampaikan opini secara lisan, karena satu dan beberapa faktor. Ada yang tak percaya diri, demam panggung, dan memiliki fobia, serta mengalami keterbatasan (ruang dan waktu).
Untuk itu, ada cara lain menyampaikan opini agar tetap dapat sampai kepada banyak orang, yaitu dengan menulis. Dan, bagi saya dengan menulis opini, saya "berhasil" berbagi ide dan pandangan ala saya kepada banyak pembaca.
Rasa cinta saya pada dunia tulisan sudah cukup lama tumbuh. Walau awalnya, bahasa yang saya sampaikan tak jelas dan tak bagus, saya tetap melatih diri.
Saya membaca banyak tulisan. Saya bertanya kepada banyak ahli dan wartawan senior (termasuk Harian Kompas) kiat-kiat dasar menulis dan jurnalistik.