"[Jika Dia menghendaki] Semua orang akan sampai pada masa lanjut usia dan ingin merasakan hal-hal yang indah di masa tersebut"
Ada waktunya seseorang dikandung. Ada waktunya ia lahir, berkembang, berkarya, produktif, dan merasa energik untuk mewujudkan segudang angan, cita, dan program hidupnya (di masa muda).
Namun, harus diakui, akan tiba saatnya, seseorang sampai pada masa dimana ia harus pensiun. Tidak lagi melakukan aktivitas (seberat) ketika masih muda dan kuat.
Karena, otot-otot makin lemah, tulang-tulang sudah ngilu, tenaga tak mencukupi, dan daya ingatan makin melemah. Ini adalah masa dimana seseorang dikatakan sudah lanjut usia (lansia).
Itulah siklus kehidupan yang berlaku bagi siapa saja, tanpa membedakan orang.
Rahmat yang disyukuri
Semua yang berlangsung dalam hidup harus dipandang sebagai rahmat dari Sang Pencipta. Walau terkadang yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang tersimpan di dalam pikiran, hati, dan khayalan kita.
Setiap rahmat atau anugerah itu (sudah seharusnya!) disyukuri. Termasuk, ketika seseorang menjadi tua, alias lansia.
Menjadi tua tidak akan pernah dapat ditolak. Karena, waktu dan zaman akan mengantarkannya ke sana dan sistem perkembangan tubuh pun akan memainkan hukum siklus kehidupan manusia (lahir -- muda -- dewasa -- tua -- meninggal).
Sampai di usia tua atau lansia sudah cukup menjadi tanda kebesaran Sang Pencipta yang berkarya atas diri seseorang. Sang Pencipta membuktikan bahwa Ia sedang menunjukkan ke-mahakuasaan-Nya lewat orang lansia tadi.
Jangan mengeluh
Maka, dari itu, sungguh amat keliru jika seorang lansia seperti menyesal/tidak terima/menggerutu/mengeluh karena menjadi tua. Kulit tubuh keriput, gigi sudah ompong, rambut menjadi putih (uban), jalan bungkuk dan gemetar, dan keadaan lainnya dipandang sebagai tanda ia tak berguna lagi.