Lihat ke Halaman Asli

Memaknai Kotbah Dari Perspektif Katolik

Diperbarui: 17 Juni 2015   09:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Paus mendorong para pelayan Gereja lebih-lebih imam untuk sungguh menjalankan tugas pewartaan dengan penuh sukacita. Mereka meneruskan amanat agung yang diberikan Yesus kepada para muridNya di akhir perpisahan Mat 28, 18-19 “pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus”. Kita diharapkan untuk menyanggupi untuk diutus kapanpun dan dimanapun dan mewartakan kabar sukacita Injil.EG 33 menegaskan permenungan Paus- saya mengundang semua orang untuk berani dan kreatif dalam tugas memikirkan tujuan, struktur, gaya dan metode evangelisasi dalam komunitas-komunitas terkaitnya. Beranjak dari upaya Gereja katolik di Indonesia, semangat mewarta diarahkan pada bagaimana kita mengembangkan persaudaraan anak-anak Allah dalam kemajemukan budaya dan agama serta membantu orang mengatasi kemiskinan. Untuk mengembangkan karya pewartaan diperlukan kemauan untuk terlibat, mendukung dan menghasilkan buah dan bergembira (EG. 24).

Dorongan untuk terlibat dalam pewartaan belum disadari sepenuhnya oleh kebanyakan umat katolik. Kesadaran untuk terlibat mungkin dikarenakan kurangnya pemahaman, lemahnya motivasi, ketakutan dalam menentukan prioritas, sikap puas diri. Amat disayangkan jika iman kekatolikan kita mandeg karena kita belum bersedia menjadi pewarta dan tidak menanggapi apa yang diwartakan. Sebagai calon imam, aku sadar pewartaan adalah tugas yang menantang karena kita mengkomunikasikan interpretasi dan pemahaman akan sabda Tuhan yangberupa cerita, nasehat atau ajaran Gereja kepada umat zaman sekarang. Kalau ditanya, siapa yang masih peduli dengan nasehat atau ajaran Gereja ? semua orang peduli dan lebih-lebih kita diutus bukan pada orang sehat tetapi orang sakit, bukan pada orang baik tetapi orang berdosa.

Membicarakan iman mungkin merupakan sesuatu yang abstrak, dimana yang kita bicarakan adalah Tuhan. Apalagi orang menuntut semuanya serba cepat dan pasti. Para pengkotbah tak digubris tapi para motivator sekelas Mario Teguh laris manis. Mungkin pengkotbah banyak kesamaannya dengan motivator atau keduanya saling meniru (teknik dan isi bahannya). Atau, barangkali Yesus dulunya juga seorang motivator yang kotbahnya disukai banyak orang. Tanpa bermaksud mau menyamakan kehebatan Yesus dengan para motivator lainnya, aku merefleksikan bahwa motivator sejati mampu menyentuh hati pendengarnya dengan kata dan perbuatannya, tidak mencari popularitas atau kepuasan materi, tetapi semuanya itu demi cintanya pada Allah yang senantiasa mau menolong orang yang menderita dan berdosa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline