Kendaraan umum berdatangan ke Terminal Leuwipanjang, Kota Bandung, mengantarkan mereka yang ingin mudik dengan beberapa barang bawaanya. Para porter mendatangi menghampiri, menawarkan jasanya kepada penumpang untuk membawakan barang.
Seringkali jasanya itu ditolak, namun tidak sedikit yang berterima kasih karena sudah diringankan bebannya. Dari kerumunan porter, nampak seorang porter yang terlihat sudah sepuh. Ia tak jarang memanggul kardus atau bahkan koper di pundaknya.
Peribahasa pahlawan tanpa tanda jasa tampaknya layak pula disematkan kepada pak karsiwan jasanya yang memikul beban barang bawaan penumpang sudah tidak bisa di anggap biasa saja. Berprofesi sebagai porter atau pembantu untuk membawakan barang milik orang lain sejak 2006 membuatnya paham betul cara memoles wajah kendaran umum khususnya bus.
Baginya profesi sebagai porter merupakan pekerjaan mulia yang amat sangat harus disyukuri, ketimbang pekerjaan yang pernah digelutinya di masa lalu. "Kalau dikatakan kita (Porter) adalah perwajahan dari angkutan umum dalam hal pelayanan, hemat saya sangat setuju, karena sejak kedatangan penumpang kami lah yang melayani paling awal," ujarnya ditemui di sela kesibukannya di Jalan Soekarno Hatta No.205, Kelurahan Situsaeur, Kecamatan Bojongloa Kidul, Kota Bandung, Jawa Barat.
Terminal ini merupakan pintu masuk ke Kota Bandung dari arah barat. Terminal ini merupakan salah satu terminal induk di Kota Bandung selain Terminal Cicaheum yang berada di area timur Kota Bandung. Kompleks Terminal Leuwipanjang memiliki luas sekitar 4,5 hektar dan terdapat 19 shelter pemberangkatan yang mampu menampung sekitar 100 bus pada kondisi statis, sedangkan pada saat dinamis atau pergerakan sekitar 500-600 bus selama 24 jam.
Terminal ini menyediakan pelayanan transportasi angkutan kota, bus kota, angkutan antarkota dalam provinsi (AKDP) ke Jawa Barat bagian barat, seperti Cianjur, Sukabumi, Bogor, Purwakarta, Karawang dan Bekasi, serta angkutan antarkota antarprovinsi (AKAP) menuju Jakarta, Banten dan Sumatera.
Porter, menurut dia, merupakan kunci kesuksesan angkutan umum khususnya bus menjadi salah satu alat transportasi massal yang pelayanannya masuk kategori ramah.
Karsiwan tak berniat jumawa, hanya saja menurutnya hal itu bisa dipertanggungjawabkan dengan adanya intruksi dari kepala stasiun, serta program yang telah disiapkan oleh pengelola Terminal Leuwi Panjang terutama di bidang pelayanan. "Ya sangat setuju, karena yang menghadapi penumpang pertama kali itu ya kita, jadi kalau ada sebutan untuk itu saya secara pribadi setuju banget. Karena kita pertama, kuncinya ada di kita, ujar pak karsiwan.
Apa yang dilakukan bersama rekan porter lainnya tak bisa dianggap sepele. Tanggungjawabnya sebagai porter, kata dia, termasuk besar. Kepada saya saat di wawancarai, pria asal Bandung, Jawa Barat itu menjelaskan tugas pokok pekerjaannya. Tugas paling pokok seorang porter, lanjut dia, hanya melayani. Namun, arti kata melayani bagi seorang porter cukup luas maknanya.
Pertama, sambung dia, seorang porter harus memiliki watak ramah dan sopan santun. Ketika, penumpang datang, seorang porter mesti sigap menghadang penumpang, apabila penumpang ingin barangnya dibawakan. Tidak sampai di situ, terkadang porter juga mesti harus mengarahkan ke mana penumpang tersebut akan pergi.