Lihat ke Halaman Asli

Penyebab Banjir Adalah Ketika Sawah Dijadikan Perumahan

Diperbarui: 29 Oktober 2022   09:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : https://www.ahmadfz.my.id/2022/06/bagaimana-tidak-banjir-sawah-jadi.html

Banjir sering terjadi di daerah perkotaan. Hal ini sangat wajar terjadi. Masalah banjir bukanlah masalah satu atau dua bulan tetapi ini adalah masalah kebijakan yang sudah berlangsung lama dan terus menerus. Apakah gerangan? Apakah penyebab banjir di perkotaan?

Sebenarnya tak perlu banyak teori untuk menjelaskan itu. Hal yang paling utama adalah mengubah alam yang tidak sesuai dengan ekosistem aslinya. Salah satunya adalah mengubah sawah menjadi hunian. 

Sumber : Koleksi pribadi

Pembangunan parumahan secara besar-besaran di lahan persawahan terus terjadi. Ketika wilayah Jakarta sudah tidak memiliki sawh, pembangunan itu beralih ke kota penyangga seperti Bekasi, Tangerang dan Banten. 

Sawah adalah dataran rendah yang mampu menampung air dalam jumlah besar. Selain sebagai penghasil padi sebagai bahan makanan pokok, orang tua kita sudah membuat sebuah sistem drainase yang cukup handal. Yaitu dengan membuat saluran pembuangan air hujan ke persawahan. 

Dahulu dearah yang tidak dilalui aliran sungai jarang sekali ada banjir karena air hujan akan tertampung di sawah. Sawahnya memang kebanjiran tapi itu tak mengapa karena tanaman padi tahan terhadap air. Setelah satu atau dua hari air disawah pun mulai surut dan tanaman padi kembali tumbuh. 

Entah apa yang dipikirkan para pembuat kebijakan ketika para pengembang membeli sawah dari penduduk. Ada banyak masalah lingkungan dan sosial ketika mengubah sawah menjadi hunian. Namun, ini dianggap biasa. Apa akibat paling terasa.. Banjir .... jadi masihkah para pembuat kebijakan menjadikan sawah sebagai hunian hanya karena lokasinya di pusat kota? Mungkin akan lebih indah jika ada kota yang dikelilingi sawah bukan? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline