Lihat ke Halaman Asli

Daily Formatasindo

Website Berita Seni dan Budaya Nusantara

Ingin Tampil Beda, UKJGS Dan SWAGAYUGAMA Tampilkan Dua Gagrag Pedhalangan dalam Satu Panggung

Diperbarui: 19 November 2024   10:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. HWD Formatasindo

Kolaborasi UKJGS UGM dan SWAGAYUGAMA UGM Tampilkan Dua Gagrag Gaya Pedhalangan dalam Satu Panggung

Klaten, 15 November 2024-- Dua unit kegiatan mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM), Unit Kesenian Jawa Gaya Surakarta (UKJGS) dan Swagayugama, menciptakan sejarah baru dengan menghadirkan kolaborasi spektakuler yang menyatukan dua gagrag gaya pedhalangan dalam satu panggung. Acara yang berlangsung pada Jum'at Sore (15/11) di Kawasan Budaya Tritunggal ini berhasil memukau penonton dengan kekayaan seni budaya Jawa yang ditampilkan secara harmonis.

Kolaborasi ini menampilkan dua gaya pedhalangan yang berbeda, yaitu gaya Surakarta dan Yogyakarta, yang memiliki ciri khas tersendiri dalam estetika, narasi, dan penyajian. Dalam pagelaran ini, lakon "Supata Sang Gendari" dipilih sebagai cerita utama, yang dikemas dengan perpaduan seni tari, musik gamelan, dan wayang kulit dari kedua gaya tersebut.

Ketua UKJGS, Rossi Firmansyah, menyampaikan bahwa kolaborasi ini bertujuan untuk mempererat persaudaraan antar unit seni tradisional di UGM sekaligus menunjukkan bahwa perbedaan gaya dalam seni justru dapat memperkaya Khasanah Kebudayaan. "Kami ingin menunjukkan bahwa seni tradisional bukan hanya soal mempertahankan identitas, tetapi juga bagaimana kita bisa bersinergi untuk menciptakan sesuatu yang baru tanpa melupakan akar budaya," ujar Rossi.

Dok. HWD Formatasindo

Sementara itu, Ketua Swagayugama, Theafia Natalia, mengungkapkan bahwa proses kolaborasi ini tidaklah mudah. Dibutuhkan latihan intensif untuk menyelaraskan irama, gerak, dan cerita agar dapat ditampilkan dengan sempurna. "Kami belajar banyak dari proses ini. Ini bukan hanya tentang seni, tetapi juga tentang menghargai perbedaan dan bekerja sama demi tujuan yang lebih besar," kata Natalia.

Penonton yang hadir di event Hari Wayang Dunia Formatasindo memberikan apresiasi tinggi terhadap pagelaran ini. Banyak yang terkesan dengan keindahan dan keluwesan dalam menyatukan dua gaya pedhalangan yang berbeda. "Ini pengalaman yang luar biasa. Saya belum pernah melihat dua gaya dipadukan seperti ini. Rasanya seperti melihat harmoni dalam keberagaman," ujar Nopal, salah satu penonton.

Kolaborasi ini diharapkan menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk terus melestarikan seni budaya tradisional sekaligus menciptakan inovasi baru. UKJGS dan Swagayugama juga berharap pagelaran ini dapat menjadi agenda tahunan yang memperkuat eksistensi seni budaya di lingkungan akademik UGM.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline