Ratapan dan harapan kini hanya sebuah omong kosong belaka. Menari-nari dalam lubang khayalan yang terus menghantui. Kisah cinta yang telah dirajut bertahun-tahun bersama kekasihnya telah kandas membuyarkan semua impian mereka. Bunga-bunga yang bermekaran di pekarangan mendadak layu lesu. Tampak kucing yang biasa gaduh berlarian mengejar tikus seolah tersihir untuk diam menemani sang majikan. Tinggalah seorang diri pemuda malang di sebuah negeri Sebrang, hidupnya runtuh ditelan persoalan yang mendera. Hari ke hari, bulan ke bulan, bertahun-tahun telah dilewatinya dengan kehampaan hati dan pikiran. Hatinya kembali mati tiada berarti, pikirannya melayang jauh ke awang-awang. Hanya satu yang dia selalu pertanyakan, ''oh Tuhanku kenapa derita ini harus terjadi pada diriku!'' Sebuah pertanyaan yang sebenarnya tidak perlu dijawab. Terang-terangan bilik rumah yang mau rubuh itu menjadi saksi bisu kejadian beberapa tahun lalu. Tanyakanlah pada kucing mu yang setia, pada rumput yang bergoyang pelan dengan penuh keraguan. ''Tuhan tidak adil?'' teriaknya kembali memekakkan telinga orang-orang sekitar. Baginya orang-orang itu hanyalah boneka sawah yang bisa berjalan, tak ada manusia satupun di dunia ini kecuali dia beserta kekasihnya yang mati tempo hari. Orangtuanya nya pun bingung setengah mati. Sudah puluhan orang pintar didatangkan, Segala cara dilakukan dan hasilnya sia-sia belaka. Terakhir sebuah ramuan hebat yang diberikan seorang dukun, racikan akar herbal yang dicampur kembang tujuh rupa serta puluhan biji obat tidur kadaluwarsa sedikit berhasil meredam si pemuda itu. Sampai-sampai ambulan jadi andalan untuk mengantarkannya ke Rumah Sakit. Cinta dua sejoli yang dirundung duka, berakhir pilu, dan menyisakan tangis (tepatnya 5 % nangis & 95 % gila) lagi-lagi menimpa anak adam si pemuda malang yang hanya hidup di ruangan 3 x 4 m. Bukan, bukan dia yang mau, tapi keadaanlah yang meminta dia harus hidup di ruangan sempit itu, untungnya kucing berwarna hitam pekat selalu menemani sang majikan sambil sesekali meraum-raum layaknya singa kelaparan, seprti ini kalau diterjemahkan suara kucingnya ''wahai Tuanku, kenapa kau ini begitu gobloknya, sampai-sampai mengurung diri di ruangan penuh sesak, lihatlah keluar!! Dunia sangatlah luas, banyak sekali ikan di laut lepas.'' Begitulah cinta, saking rumitnya, maka sang profesor terpintar di dunia pun akan tergila-gila karena cinta. Terjangan hujan badai dianggapnya gurauan gerimis yang mengundang, tahi ayam pun berubah menjadi coklat made in Swiss, semuanya berubah menjadi pelangi, padahal kalau kalian sadar Cinta itu bagaikan samurai tajam yang siap menghunusmu kapan saja. Samurai akan indah kalau digunakan dengan penuh kesadaran diri, tapi menyeramkan kalau digunakan secara membabi buta. Perlahan maka sang mentari pun menyelinap di antara sembulan awan sebelah barat, lambat laun cahayanya memudar kemerahan. Disusul cahaya lampu dari beberapa rumah di desa sebelah. Siang dan akhirnya malam, ada kalanya terbit juga terbenam. Dengan penuh kesadaran ataupun tidak sang mentari rasanya bersabar untuk selalu menerangi semesta alam. Lalu bagaimana dengan si pemuda tadi?? Bolehlah tergila-gila tapi jangan menjadi gila :-D
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H