Lihat ke Halaman Asli

FORMADIKSI UNRI

Organisasi Mahasiswa Bidikmisi

Aku Lah Si Munafik Itu

Diperbarui: 19 Desember 2018   21:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: Pixabay

Semburat cahaya merah merah menyelimuti  bumi, menampakkan panorama matahari ditelan bumi. Suara kicauan burung berserakan mulai mencari tempat peristirahatan setelah lelah mengais rezeki.

"Sodaqallahul 'aziimm...."terdengar suara begitu indah dan merdu mengalun di pojokan masjid Al-Ikhlas. Terlihat beberapa orang jama'ah perempuan mengelilingi seorang perempuan bercadar menutupi wajahnya dengan jilbab panjang dengan balutan gamis lebarnya sedang terkagum-kagum melihat dirinya.

"Afwan Ukhti, mengapa melihat saya seperti itu" tanya Zulaika kepada salah seorang jama'ah yang sedari tadi tampak ingin mengatakan sesuatu.

"Ah.. ma..maaf Ukhti, saya hanya kagum saja melihat Ukhti, saya yakin, wajah ukhti didalam sana sangat lah cantik, sehingga Ukhti menutupi nya dan segala hal dari Ukhti saya mengaguminya terutama akhlak dan pengetahuan Ukhti luar biasa tidak hanya pengetahuan dunia tapi juga pengetahuan agamanya. Bahkan saya sempat berfikir ingin menjadi seorang yang seperti Ukhti ini"  Tutur jama'ah tersebut gelagapan, sampai akhirnya jujur mengatakannya sambil tersenyum-senyum.

Berbeda dengan Zulaika, bukannya tersenyum dan senang, justru matanya merah, bergelinangan air mata, sampai akhirnya air matanya jatuh menetes membasahi niqobnya.

"Maaf..maafkan saya Ukhti, saya tidak bermaksud, kalau ada ucapan saya yang menyinggung perasaan Ukhti" ucap jama'ah tersebut sambil menenangkan Zulaika, merasa bersalah sekaligus bingung mengapa guru ngajinya menangis mendengar ucapannya. 'bukankah seharusnya Ia senang mendengarnya'-batinnya.

"Maaf.. Saya tidak apa-apa" Jawab Zulaika jujur.

"lalu mengapa Ukhti menangis?? Ceritakan lah kepada kami, mana tahu kami bisa belajar dari pengalaman Ukhti" jawab salah seorang jama'ah.

Zulaika terdiam sejenak, berpikir untuk menceritakannya atau tidak? Hening, sampai Zulaika bersuara.

"Baiklah, akan saya ceritakan, tapi ceritanya hanya cukup dibicarakan disini saja" pinta Zulaika yang diberi jawaban anggukkan kepala dari jama'ahnya.

*****

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline