Lihat ke Halaman Asli

The Problems with Indonesian Movies Today

Diperbarui: 20 April 2016   11:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Kita sering banget bilang Film Indonesia itu jelek, dan banyak sih film Indonesia yang nggak bermutu dan saking banyaknya jadilah film yang berkualitas “tertutupi” oleh Film –Film yang buruk, jadi apa sih kelemahan Film Indonesia ? ini analisa dan pendapat gue.

Penonton kurang meminati film indo, Berusahalah nonton film di minggu perilisan karena minggu awal menentukan lama film itu diputar di bioskop

Limited Audience / terbatasnya peminat
Jujur, ada berapa sih dari kita yang ngikutin berita film Indonesia? Kita terlalu sibuk sama film luar sampai nggak banyak update film Indo yang menarik minat kita untuk duduk di bioskop, tetapi penonton nggak bisa selalu disalahkan untuk itu, beberapa film nggak dipromosikan dengan baik sehingga penonton pun nggak tertarik.

Gampang dibajak
Ya, coba aja cek beberapa hari setelah rilis Film di youtube , pasti banyak film (terutama horror) yang udah tersedia FULL, jadi banyak orang akan berpikir mending nonton di youtube aja atau beli CD bajakan, untuk alasan yang kedua ini gue lihat udah mulai menyusut, karena banyak Studio udah sadar dan memerangi pembajakan dengan berbagai cara.

Cerita yang mirip FTV
Ini yang paling sering gue temuin, cerita Film Indonesia itu sering mirip banget sama FTV, semua serba kebetulan, kebetulan ketemu, kebetulan nabrak lalu jadian lalu nikah bahagia selamanya, bosen banget deh sama cerita yang gini gini aja.

Efek CGI / Visual yang jelek.
Khusus poin ini, gue nggak bilang kalau tenaga pembuat efek visual di Indonesia itu nggak berkualitas, negara kita punya banyak animator handal dan kreatif, kalau nggak percaya cari TRANSFORMERS INDONESIA di Youtube, Cuma kelemahan kita adalah kecil banget jumlah orang yang bekerja dalam satu film, gue ambil contoh film GARUDA SUPERHERO yang rilis 2014 tapi Flop di penjualan tiket karena dikritik Spesial efeknya, asal lu tahu aja yang ngerjain efek visual di film GARUDA itu Cuma sekitar sembilan atau sepuluh orang!, bandingkan sama Transformers trilogy yang dikerjain dua perusahaan (ILM & Digital Domain) !.

Kurangnya Investor dan lesunya perekonomian.
Ya industri hiburan ada kalau industri lain udah stabil, masyarakat harus punya duit untuk bersenang – senang kan? , lesunya industri mengakibatkan sedikit pekerja yang bisa disaring , selain itu investor juga akan memperkecil budget dari film yang mau kita buat , yang mengakibatkan poin nomor 4 tadi.

Lebih menjual artis dibanding film.
Maksudnya gini, tahun 2014 bintang yang lagi meroket tu Caisar Aditya karena goyang Caisar, produser film akan membuat cerita apa aja asalakan Caisar jadi aktornya, atau di masa – masa Cherry Belle tenar dan lagi berjaya, para produser akan encoba membuat cerita apa aja mau jelak atau bagus asal ada Cherry belle, yang paling baru adalah CHECK IN BANGKOK yang menjual Saurabh Raj Jain atau Turis Romantis yang dibintangi Shaheer Sheikh, udah jelas kedua film itu Cuma mau ngejual bintang utamanya dan bukan cerita.

Sebenarnya ada banyak, tapi menurut gue inilah kelemahan film Indonesia, nggak Cuma di bagian Produksi tapi kita juga sebagai anak bangsa kurang mencintai produk Indonesia, solusinya? Sebenarnya gue yakin kalau solusi itu bisa didapat dari ngelihat masalah dengan kepala dingin, tapi buat gue Film Indonesia itu makin lama makin mengarah ke bagus, momen paling jelek menurut gue itu tahun 2009 – 2013, banyak film horror yang Cuma tebar sensasi bintang, tebar adegan topless dan lain – lain, tapi mulai tahun 2014 banyak artis youtube yang mulai muncul dan memberi video dan film pendek yang kualitasnya nggak kalah dibanding youtubers luar negri, coba aja cek SKINNY INDONESIAN, EPEN CUPEN, atau CAMEO PROJECT, mereka akan jadi masa depan film Indonesia belum nyebut film HABIBIE DAN AINUN, COMIC 8 dan lain sebagainya..jadi tetap dukung dan #banggafilmindonesia!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline