Lihat ke Halaman Asli

Dolar Terus Hantam Rivalnya Meskipun Masih dalam Kisaran Sempit

Diperbarui: 27 Januari 2017   10:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

HD Wallpapers

Jakarta, 27/01/2017 – Dolar terus menguat terhadap euro dan yen tetapi terbatas pada kisaran yang ketat pada sesi perdagangan Kamis karena investor masih mengkhawatirkan sikap proteksionis Presiden Donald Trump ketimbang janjinya tentang stimulus fiskal.

Janji pemerintahan Trump untuk memangkas regulasi dan mempromosikan proyek-proyek infrastruktur selama minggu pertama di Oval Office sudah membantu mendorong pasar ekuitas ke rekor tertinggi pada hari Rabu dan Dow Jones Industrial Average pun mengukir rekor di atas 20.000 untuk pertama kalinya.

Karena saham naik, investor pun akhirnya membuang posisi mereka di aset yang aman termasuk utang pemerintah, mengirimkan imbal hasil Treasury 10-tahun menjadi 2,54%, penutupan tertinggi sejak 27 Desember.

"Masih belum ada kejelasan tentang apa yang administrasi Trump dapat dan akan lakukan berkaitan dengan stimulus fiskal dan pedagang tampak gamang untuk terus mendorong dolar lebih tinggi," kata Neil Mellor, kepala strategi mata uang di BNY Mellon.

"Dalam jangka pendek, pasar terlalu disibukkan oleh presiden Trump dan pedagang tidak dapat mengambil posisi long (beli) dengan keyakinan tinggi," kata Mellor.

US Dollar Index, ukuran performa dolar terhadap enam rival utama, naik 0,6% di 100,68. WSJ Dollar Index, ukuran performa dolar AS terhadap 16 mata uang, naik 0,7% di 91,46.

EURUSD diperdagangkan pada $1,0670 pada hari Kamis, turun 0,8% dari $1,0757 di akhir Rabu di New York.

Dolar sedang menguat terhadap yen dengan USDJPY bergerak ke ¥114,65, naik 1,3% dari ¥113,19 pada akhir Rabu di New York. Bahkan saat berita ini disusun USDJPY sudah mencapai ¥114,95. Yen juga melemah terhadap euro, dengan mata uang tunggal Eropa ini naik ke ¥122,72, menanjak dari ¥121,76 akhir Rabu. 

Di Tokyo, penurunan yen dan meningkatnya risk appetite juga membantu mendorong saham, mendorong Nikkei Stock Average 1,8% lebih tinggi.

Sementara itu, data inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan pada kuartal keempat 2016 mengirim dolar Selandia Baru ke level tertinggi sejak awal November terhadap mata uang AS.

Namun spike itu tidak berlangsung lama. Dolar Selandia Baru yang sempat menyentuh $0,7313 dalam perdagangan Asia selanjutnya bergerak lebih rendah, diperdagangkan pada $0,7237 di New York, turun 0,8% dari $0,7299 pada akhir Rabu di New York.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline