Lihat ke Halaman Asli

Kontrol Brexit di Tangan Parlemen, May Harap-Harap Cemas

Diperbarui: 26 Januari 2017   11:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jakarta 26/01/2017. Sesaat setelah Mahkamah Agung Inggris memutuskan bahwa brexit harus mendapatkan ijin parlemen, PM Theresa May seakan menemui jalan buntu yang kesekian kali.

Sebelumnya May optimis bahwa Mahkamah Agung akan langsung memberikan ijin brexit untuk diajukan ke artikel 50 nanti, namun dari hasil voting, Mahkamah Agung Inggris memutuskan bahwa ijin brexit akan diputuskan parlemen Inggris di Kamis ini.

Jalan mundur proses brexit terjadi tatkala PM Theresa May akan bertemu dengan Donald Trump. Sowannya May ke Trump direncanakan pada Jumat ini di Washington. Perkiraan kami bahwa pembicaran antara keduanya adalah mengenai perdagangan dan kerjasama militer.

Pada Kamis ini, parlemen Inggris akan kembali berdebat tentang brexit ini diteruskan ke dewan Uni Eropa atau tidak. Berkembang di berita bahwa May akan kesulitan mendapatkan restu, dimana partai oposisi yang dimotori Partai Buruh telah mendapat bantuan suara dari partai Konservatif alias partai pemerintah.

Dipastikan juga bahwa perdebatan seru akan terjadi, dan May harus segera menyakinkan anggota parlemen pendukung brexit dan anggota yang menolak brexit, dengan pengertian bila menolak brexit maka anggota parlemen melukai hati 52% warga negara Inggris yang setuju terhadap pemisahan Inggris dari Uni Eropa pada Juni 2016 lalu.

Inggris sebetulnya tidak akan rugi banyak akibat batalnya brexit tersebut, namun harga diri Inggris akan hancur, disertai potensi mendapatkan lapangan kerja bagi warga asli Inggris akan semakin sulit.

Kaum muda angkatan kerja Inggris merupakan salah satu pendukung utama dari brexit ini, karena mereka selama Inggris bergabung dengan Uni Eropa merasa kesulitan mendapatkan pekerjaan di rumahnya sendiri, tergeser oleh imigran seperti dari Eropa Timur yang mempunyai nilai upah yang rendah.

Selain itu kaum papa juga mendukung brexit karena menganggap sejak Inggris bergabung dengan Uni Eropa, harga diri Inggris sedikit disetir atau diatur oleh Uni Eropa, misalkan Inggris wajib memberi bantuan keuangan kepada Uni Eropa setiap tahunnya untuk membantu negara-negara anggota yang sedang mengalami kesulitan likuiditas keuangan, seperti Yunani, Italia, Portugal dan sebagian Eropa Timur.

Skenario bila parlemen Inggris setuju maka May membawa masalah ini ke parlemen Uni Eropa agar Inggris benar-benar mendapatkan hak nya untuk keluar dari anggota Uni Eropa atau lolos dari Artikel 50 di 30 Maret nanti.

Inilah yang disebut May beberapa waktu dengan istilah “hard brexit”. Namun May sudah mengatur strategi baru agar artikel 50 nanti disetujui parlemen Uni Eropa dengan jalan negoisasi di sisi finansial dan militer.

Bujuk rayu May di sektor keuangan dan militer tersebut kemungkinan bisa melumerkan hati parlemen Inggris dan Uni Eropa, karena Uni Eropa sendiri masih butuh dukungan dana dan pertahanan militer Inggris. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline