Empat tahun sudah wewangian dupa dan cantik rupa canangsari mewarnai keseharianku. Tak terlalu lama memang, setelah suap terakhir gudeg di Jalan Raya Solo memisahkanku dengan Jogja dan segala celoteh tentang filosofi di dalamnya.
Belum lagi sahabat - sahabat terbaik yang tetap tinggal dengan cinta di balik tembok - tembok putih peninggalan kolonial Hindia - Belanda.
Bali, tanah suci yang kini aku tinggali rasanya begitu sepi. Riuh gemuruh percakapan wisatawan, juga derap jejak langkah para pejalan tak cukup mengisi ruang kosong dalam hati.
Ada rindu yang berkecamuk di dalam. Tentang banyolan sahabat - sahabat masa muda. Tentang Adrie, Rahma, Fafa, ataupun Zuhdi yang kini merintis karir sebagai Kyai.
Entah apa kabarnya mereka, masihkah bersosial media demi sebungkus janda? Atau malah kini berdakwah bak pendeta?
Sibuk padatnya pekerjaan memang terlalu memuakkan, membuatku terasing dari kabar dan banyolan jalanan ala mereka. Ditambah Kuta yang tak semua sudutnya menyediakan jaringan internet berkecepatan tinggi. Aku benar - benar tertinggal.
Beberapa provider pernah kucoba, menjadi korban promosi di media sudah hal yang biasa. Hingga pada akhirnya seorang sahabat bernama Nanda mengusulkanku untuk beralih pada XL yang banyak dikenal dengan slogan XL4GLTE.
Wajar saja ia menawarkan XL. Ingatanku melayang pada media yang dihebohkan tentang berita bahwa XL Axiata melakukan uji coba jaringan 4G di Nusa Dua beberapa tahun lalu. Yang aku tau kala itu mereka sedang mempersiapkan pelayanan terbaik untuk KTT APEC 2013. Tentu XL Axiata yang merupakan provider paling awal yang melakukan uji coba jaringan 4G di Bali, sudah tidak perlu diragukan lagi. Mengingat pada generasi sebelumnya, jaringan 3G XL tersebar kuat di seluruh kabupaten dan kecamatan di Pulau Bali.
Sejak itu juga aku beralih pada XL. Kabar dan berita tentang Jogja dan kekonyolan sahabat di dalamnya bukan lagi menjadi suatu masalah yang perlu dipusingkan. Tak ada lagi kemarahan - kemarahan oleh jaringan yang tak stabil dan tak beraturan.
Kami kembali bersama, dalam humor dan kelucuan pada sosial media. Terus berkabar hingga pertengahan tahun lalu mereka datang. Menjelajah Bali bak wisatawan berkawan dolar, sedang untuk makan harus memilih nasi jinggo di pinggir jalan.
Bukan sebuah keheranan bagi kami saat dihadapkan pada jiwa yang sama, yaitu petualang. Bali dan kekayaan alam ibarat Indonesia dan Pancasila, satu kesatuan yang lekat dan tak terpisahkan.
Suatu kesempatan mahal tentunya bagi mereka yang rindu berpetualang. Menjelajah Bali dari gunung hingga lepas di tengah luas samudra.
Aku pun turut ikut berjalan di dalamnya, meski kesibukan bekerja sebagai marketing executive suatu hotel mengharuskanku selalu mobile dan tak lepas dari jaringan internet. Tapi tak perlu khawatir, "hidup serba update bersama XL."
#XL4GLTE
https://xplor.xl.co.id/t5/Kuliner-Traveling/Kembali-Bersahabat-Bersama-XL/m-p/58245#M1250
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H