Lihat ke Halaman Asli

Puisi Koruptor

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

puisi tambal ban

[caption id="" align="alignnone" width="279" caption="puisi ranjau paku"][/caption] Banyak yang terbantu dengan keberadaanku Apalagi buat pengendara yang buru-buru Mendorong motor sampai rumah tentu bikin badan ngilu Mending ditambal dan kendaraan bisa kembali melaju Ban bocor kena sesuatu Sang korban bersyukur ada tambal banku di dekat situ Belum tahu dia kalau aku sendiri yang bikin ranjau paku Aku katanya malaikat penolong Padahal aku hanya seorang pembohong Mangkal di pinggir jalan entah itu malam entah di siang bolong Pura-pura membantu para pengendara yang ban-nya bocor dan terpaksa ikut mendorong Korbanku tak tahu aku sang otak penyebar paku aka sang gembong Aku tentu tak peduli meski anjing-anjing dekat sini terus melolong Persaingan tambal ban tambah ketat makin kesini Ada yang bikin tambal ban panggilan di hari gini Tinggal telpon, si abang segera datang melayani Selesai nambal si abang bersih-bersih, lalu kamu bayar si abang pergi Apa ini ga beda jauh sama metode prostitusi Usaha begini nih yang bikin tambal banku jadi sekarat Yang model panggilan ga sampai setengah jam sudah merapat Harga jauh lebih mahal tapi pelanggan tetep rame, katanya ini jauh lebih hemat Hemat waktu menunggu, ga kepanasan, dan lebih akurat Semua dilayanin baik jauh maupun dekat Makanya yang model mangkal kaya aku hanya bisa tercekat Aku tentu saja ga tinggal diam dan bangkit melawan Karena aku super kreatif dan lebih jauh kepinteran Maka aku sewa orang buat nyebar paku di jalan Ranjau paku disebar di tempat-tempat strategis di keramaian Biar banyak kendaraan kena jebakan Sehingga mencari tempat tambal ban dekat lokasi kejadian Alhasil tempat tambal banku jadi ramai oleh para korban Yang begini memang bikin ketagihan Aku memang tukang tambal ga jujur dan mau untung cepat Menurutku metode begini memang lazim dipraktekkan tukang ban sejawat Apa mungkin yang begini bakal masuk akhirat Tapi pendapatan makin menurun kalau aku ga berlaku jahat Mana jatah harian istri kadang juga kelewat Apalagi mertuaku yang hobi berobat Dulu aku tukang tambal gigi Tapi aku bukan lulusan fakultas kedokteran apalagi punya sertifikat kompetensi Dan jangan kamu coba tanya tentang surat tanda registrasi Aku cuman belajar otodidak sama teman sejenjang profesi Modalku cuman plang bertuliskan bikin betul tambal gigi, seolah-olah aku memang ahli Tapi nyatanya pelanggan datang sampai ngantri Sampai suatu hari aku digrebek Satpol PP serta polisi Tentu saja ceritaku berakhir sampai disini Di tempatku korban ranjauku selalu kusuruh ganti ban baru Bannnya udah menggelembung, udah ga bisa dibenerin, atau pentilnya rusak selalu Korban yang ga mengerti hanya mau cepat segera mengangguk setuju Tentu saja aku langsung terkekeh karena itu memang yang kutunggu Suatu hari sang korban ternyata aparat Tak bisa dihindari lagi aku beberapa kali kena damprat Beberapa korban yang ada disitu juga mulai curhat Wah ini sih darurat ... to be continued: Foentry.com




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline