Lihat ke Halaman Asli

13 Desember, Sidang Pertamamu

Diperbarui: 19 Desember 2016   02:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Halo pak, setelah kemarin saya menulis surat cinta untuk bapak, kali ini saya akan sedikit bercerita dan berkomentar tentang sidang pertama bapak.

Tepat tanggal 13 Desember kemarin, sidang pertama Bapak digelar. Sidang ini digelar atas dakwaan bapakmelanggar pasal 156 A mengenai penodaan agama. Sesuatu yang bukan masalah namun dianggap sebagai pemicu polemik di masyarakat. Bahkan sampai mencuatnya aksi411 dan 211 yang menuntut bapak ditahan karena telah melakukan penistaan agama dan membuat kaum muslim sakit hati.

Dalam sidang itu pula, untukpertama kalinya bapak memiliki kesempatan untuk menceritakan dan menjelaskan apa yang sebenarnya bapak maksudkan, saat melakukan kampanye di Kepulauan Seribu beberapa waktu lalu. Bapak bahkan menyampaikan nota keberatan terhadap dakwaanJaksa dengan sangat berani dan gagah, seperti bapak yang biasanya saya perhatikan melalui layar kaca televisi.

Namun seketika suasana persidangan terasa hening pak. Suara menggelora bapak yang penuh keberanian dan semangat, tiba-tiba berubah menjadi lembut dan terbata. Jujur saya bertanya,kenapa bapak tiba-tiba bisa diam dan menangis?

Ternyata bapak menangis karena bapak menceritakan masalah keluarga angkat bapak yang merupakan keluarga muslim taat. Menurut bapak, apabila bapak melakukan penistaan atau penghinaan agama seperti yang dituduhkan, berarti itu sama saja bapak menghina orang tua dansaudara angkat bapak yang sangat bapak cintai dan hormati.

Dalam nota keberatan bapak juga bercerita sedikit mengenai keinginan ibu angkat bapak, beliau ingin melihat bapak menjadi gubernur yang melayani rakyat kecil sebelum beliau meninggal. Dan ternyata keinginan itu terwujud kan pak? Ibu angkat bapak meninggal padatanggal 16 Oktober 2014, tepat saat bapak Jokowi ditetapkan menjadi Presiden, dan otomatis bapak lah yang menggantikan pak Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Ada beberapa pernyataan bapak yang membuat saya juga ikut tersentuh, walaupun saya tidak ada dalam persidangan itu secara langsung, tapi saya bisa merasakan kesedihan bapak.

“Itu sebabnya ketika Ibu angkatsaya meninggal, saya ikut seperti anak kandung, mengantar dan mengangkat keranda beliau, dari ambulance sampai ke pinggir liang lahat, tempat peristirahatan terakhirnya, di Taman Pemakaman umum Karet Bivak. Sampai sekarang, saya rutin berziarah ke makam Ibu angkat, di Karet Bivak. Bahkan saya tidak mengenakan sepatu atau sandal saat berziarah, untuk menghargai keyakinan dan tradisi orang tua dan saudara angkat saya itu”.

“Bapak Majelis Hakim Yang Mulia..bagaimana mungkin saya menista agama ayah angkat saya? Ayah angkat dan saudara saya yang sangat saya hormati?”

Saya yakin pak, siapapun yang menyaksikan persidangan itu pasti heran dan bertanya-tanya, apa mungkin seorang Ahok yang selama ini dikenal tegas dan gagah bisa meneteskan air mata? Tapi memang nyatanya seperti itu kan, bapak masih punya perasaan dan sisi sensitif.

Saya yakin pak, bapak menangis bukan karena takut dijatuhi hukuman, bapak menangis bukan karena takut kehilangan kekuasaan, apalagi karena bapak hanya ingin dikasihani oleh kami semua dan juga mereka yang terus menyalahkan bapak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline