Lihat ke Halaman Asli

Kerja Bakti; Sebuah Aplikasi dari Kearifan Lokal Pribumi yang Masih Terbukti di Tengah Hegemoni Prilaku Individualistis Masyarakat Ibukota Pada Era Global Saat Ini

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

oleh; Ahmad Rafli Anhar

Siang itu di bawah teriknya mentari, Minggu 18 Februari 2012, berlokasi di tempat mencari dan mengepul rezeki sekelompok “masyarakat marginal” berperan aktif dalam membersihkan lingkungan mereka sendiri. Mereka berjibaku, bergotong-royong, kerja bakti dengan tujuan mengubah hidup ini. Karena, dengan mencermati, kerja bakti pada siang itu dapat dianggap sebagai cermin dari kesungguhan hati dan dapat dijadikan sebagai momentum dalam sebuah rangkaian prosesi. Yaitu dalam rangkaian proses untuk mengubah dan mengangkat derajat hidup mereka ke arah yang lebih tinggi melalui bidang pendidikan atau edukasi.

Kerja bakti yang dilakukan oleh mereka merupakan salah satu bentuk proses untuk mewujudkan serta merealisasikan sebuah wadah edukasi. Mereka, “masyarakat marginal” dan para pengelola saungelmu, memiliki misi untuk membangun saung keilmuan sebagai wadah dalam menuntut ilmu pengetahuan yang dipercayai sebagai bentuk realisasi dari sebuah mimpi. Mimpi yang berasal dari sebuah visi dalam menuntut serta mengamalkan ilmu pengetahuan untuk sekaligus menebarkan manfaatnya demi mengangkat derajat insani sesuai dengan janji Illahi.

Kerja Bakti Sebagai Sebuah Aplikasi dari Kearifan Lokal Pribumi

Bangsa Indonesia atau sebagai pribumi, memiliki beragam kearifan lokal yang telah turun-temurun diwariskan dari generasi ke generasi. Dan kerja bakti merupakan salah satu dari kearifan lokal pribumi. Dalam kerja bakti tersimpan pesan yang sarat akan nilai edukasi. Dengan kerja bakti, ikatan keluarga kian tersambung rapih, kesusahan yang dialami dapat terobati, karena dilakukan bersama-sama dengan senang hati.

Demikian makna filosofi yang terkandung dalam kerja bakti. Nilai-nilai di dalam kerja baktipun sungguh mulia dan tinggi. Kerja bakti sudah dicontohkan oleh para leluhur bangsa ini. Mereka melakukan kerja bakti dalam segala aspek kehidupan dengan tujuan saling melengkapi dan berbagi. Sehingga pekerjaan yang awalnya di nilai tak mungkin teratasi, namun dengan kerja bakti sungguh dapat terealisasi. Untuk itu sebagai generasinya, mari menjaga dan mengaplikasikan kerja bakti sebagai sebuah tradisi.

Kerja Bakti di Tengah Hegemoni Prilaku Individualistis Masyarakat Ibukota Saat Ini

“Masyarakat marginal”, para penghuni lapak di Jalan Jati Padang Poncol Jati Padang-Pasar Minggu, danpengelola saungelmu membuktikan bahwa “ancaman” dari pengaruh sikap individual masyarakat ibukota bagi mereka ternyata tak mumpuni. Hal itu ditunjukkan oleh kegiatan kerja bakti yang kerap dilakukan oleh mereka pada akhir-akhir ini. Kerja bakti itu kerap dilakukan karena seiring-sejalan dengan niat mereka untuk membangun saung keilmuan sebagai wadah edukasi. Dengan edukasi mereka mengharapkan dapat membentengi diri dari sikap-sikap yang dapat menjauhkan diri dari tradisi.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kerja bakti merupakan kearifan lokal (local genius) pribumi yang harus dijaga dan terus diwariskan dari generasi ke generasi. Dengan tujuan agar generasi selanjutnya dapat mengenal jati diri. Karena dengan mengenal jati diri maka mereka akan mengetahui arah tujuan dari hidup ini. Dan lebih utama lagi dapat menjaga dan mempertahankan bangsa ini dalam kerangka NKRI. Sebagaimana yang telah digariskan serta diperjuangkan oleh founding father dan para pahlawan negeri ini.

Dengan mengenal jati diri, sebagai bagian dari bangsa yang sangat menjunjung tinggi nilai kegotong-royongan dalam kerja bakti, diharapkan ancaman dari hegemoni prilaku individualistis dapat teratasi. Karena dalam budaya yang penuh dengan nilai kegotong-royongan, sikap individualistis tidaklah masuk dalam kategori. Sikap tersebut merupakan ekses dari majunya peradaban dengan ditandai tingginya pertumbuhan ekonomi.

Ketika pertumbunan ekonomi meninggi maka konsekuensi yang tak dapat dihindari adalah kian mengikisnya sikap kebersamaan dikarenakan adanya pergeseran orientasi. Dari orientasi yang awalnya menjunjung tinggi pada kemaslahatan bersama, bergeser kapada orientasi terhadap kesuksesan pribadi yang selalu diukur dari segi materi. itulah realita yang terjadi pada era global saat ini. Akibatnya kegiatan kerja bakti di sebagian tempat kini kian sulit ditemui.

Bekerja dan Berbakti Demi Negeri

Untuk itu mari bersama kembali mengintrospeksi diri dengan bercermin pada nilai-nilai luhur dan kembali mengamalkan tradisi. Melakukan kegiatan kerja bakti dalam berbagai aspek kehidupan dengan tujuan menumbuh-kembangkan kembali nilai-nilai kekeluargaan bangsa ini. Agar pada saat ini dan masa yang akan nanti tradisi dapat selalu terjaga dan terwariskan pada tiap generasi demi lestarinya negeri dan bahagianya ibu pertiwi. (Fly; 23 Maret 2012)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline