Ritual Kendi Nusantara dijalani oleh Presiden Jokowi beserta seluruh Gubernur Indonesia di Sepaku, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur pada Senin, (14/3/2022). Digelarnya ritual ini terkait dengan proses awal pembangunan Ibu Kota Negara baru, yang telah disepakati diberi nama Nusantara. Topik ini pun hingga sekarang masih menjadi headline yang menarik banyak perbincangan, pasca disuguhkan oleh beragam media utama dan media alternatif—dari skala nasional hingga lokal, dari sisi positif hingga negatif. Bila diangen-angen lagi, ritual ini ternyata mengingatkan pada sebuah bangunan suci, yang telah lama dikenal masyarakat Indonesia dengan nama candi. Loh, kok bisa? "Iyup, namun lebih ke sesuatu yang biasa disebut sebagai rohnya!"
Sebelum Ritual Kendi Nusantara, di pagi hari Presiden Jokowi sempat menjalani 2 ritual adat, yakni tepung tawar dan ketikai lepas yang dipimpin oleh Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura XXI, Adji Muhammad Arifin. Dilansir dari Tempo.co (Jokowi Jalani 2 Prosesi Adat Sebelum Ritual Kendi Nusantara di IKN, 2022), Presiden Jokowi dan Istrinya, Iriana, diperciki air menggunakan daun-daun perinjis ke tangan dan pundaknya. Air tersebut merupakan campuran beras kunyit, beras putih, beras bertih, air tepung tawar dan gilingan inai. “Ritual adat ini untuk melindungi, membersihkan, permohonan agar dijauhkan dari marabahaya, selalu mendapat rahmat, lindungan dari Yang Maha Esa,” kata Pembawa Acara, Karina Lakshimingrum.
Berikutnya setelah disambut Tarian Ganjuro yang dibawakan oleh penari Keraton Kutai Kartanegara Ing Martadipura, Presiden Jokowi menemui gubernur dari 34 provinsi yang telah membawa satu liter air dan dua kilogram tanah dari masing-masing daerah. Air dan tanah tersebut nantinya dimasukkan ke dalam dua kendi yang terbuat dari tembaga, sebelum kemudian dipendam di titik nol IKN baru dengan prosesi yang dinamakan Ritual Kendi Nusantara. Tampak air dan tanah yang dimaksud adalah yang mempunyai nilai sejarah, tuah dan mewakili peradaban daerahnya. Misal seperti tanah yang dibawa Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa dari Situs Kedaton Majapahit di Trowulan, Mojokerto.
Di sini ada tanggapan menarik dari seorang Antropolog Universitas Lambung Mangkurat, Nasrullah yang menyebut bahwa ritual ini mengada-ngada dan tidak berakar dari budaya setempat. "Entah dari mana ritual seperti itu dilakukan. Padahal jika kita bicara ritual, akan sangat terikat dengan masyarakat tempatan," kata Nasrullah dilansir dari Tempo.co (Antropolog Sebut Ritual Kendi Nusantara Ala Jokowi Mengada-ada, 2022). Ia mengkhawatirkan mulai bentuk desain IKN hingga ritual yang tidak memiliki akar budaya setempat akan menjadi suatu benda asing yang berdiri di tanah Kalimantan. Terlepas dari judul berita yang dilebihkan sedikit, ritual yang dimaksud nyatanya mengingatkan pada sebuah bangunan suci yang telah lama dikenal masyarakat dengan nama candi.
Sebuah candi biasanya dibangun dengan tidak sembarangan, ada proses-proses tertentu yang harus dijalani. Misal, salah satunya dalam memilih dan menguji tanah. Berdasarkan beberapa perbandingan kitab Vastusastra, terdapat ketentuan untuk tanah yang diperuntukan candi, yakni yang jenisnya baik berdasarkan warna, bau, kelandaian, jenis tanaman dan kandungan tanah (Santiko 1995: 8). Sedang cara menguji tanah, salah satunya dengan cara digali, lalu diisi air dan dibiarkan selama sehari—esok tanah tersebut baru diperiksa. Bila air terserap habis atau tersisa sedikit, artinya tanah tersebut tidak bagus karena terlalu gembur. Pun bila air berkurang sedikit, artinya juga tidak bagus. Tanah yang paling baik yakni jika air hanya tersisa setengah.
Akan tetapi, yang lebih disoroti di sini adalah dua kendi dari tembaga yang dipendam di titik nol IKN baru, yang rasa-rasanya—kok punya konsep sedikit mirip dengan penamaman pripih pada sebuah bangunan candi. Loh, lah, emang apa sih pripih itu? Secara umum, pripih adalah kumpulan benda-benda tertentu yang ditempatkan dalam sebuah wadah tertentu untuk ditanam di beberapa tempat dalam bangunan candi. Benda-benda yang dimaksud biasanya terdiri dari biji-bijian, logam mulia, batu mulia, mantra atau rajah. Biasanya wadah yang digunakan berupa kotak dari batu, gerabah atau perunggu. Kata Soekmono, fungsi darl pripih sendiri adalah sebagai zat yang menghidupkan candi (Sekali lagi : Masalah Pripih, 1989, hal. 217).
Sedang kata Wahyuni Triasih, penanaman pripih-pripih pada candi dilakukan dalam suatu rangkaian ritus keagamaan yang disebut garbhadana, dimaksudkan sebagai penghimpunan dan penyatuan inti kedewaan darl para dewa ke dalam pripih agar candi tersebut dapat tumbuh dan berkembang dengan baik (Candi Wahana, Pelestarian dan Pemanfaatan, 1993, hal. 27). Secara garis besar dapat dipahami, pripih memiliki fungsi penting bagi keberadaan bangunan candi sebagai tempat ibadah, yakni menjadi media bagi Dewa merasukkan zat inti kedewaannya. Oleh sebab itu, pripih dimanifestasikan sebagai roh sebuah candi. Bilamana pripih pada sebuah candi diambil atau dicuri, candi tersebut bisa dikatakan mati, sebab nyawanya telah pergi. Apakah hal tersebut berlaku juga bila dua kendi tembaga untuk IKN hilang atau dicuri? “Ya ndak tau, kok tanya Saya!”
Sebenarnya banyak hal janggal sebagaimana yang dikabarkan oleh sebagian media, mulai tanah IKN yang sebelumnya merupakan tanah masyarakat adat ternyata diakui sepihak oleh pemerintah Indonesia (Tempo.co, Warga Lokal Kaget Tiba-tiba Tanahnya Dipatok untuk Proyek IKN, 2022), hingga tanah yang dibawa oleh Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan untuk Ritual Kendi Nusantara yang notabenenya tidak memiliki nilai sejarah, tuah dan mewakili peradaban daerahnya (CNN, PDIP Gusar Anies Bawa Tanah Kampung Akuarium ke IKN, 2022). Terlepas dari tujuan ritual sebagai simbol kesatuan Indonesia dengan ibukotanya yang baru di Nusantara, legitimasi politik penguasa atau strategi marketing untuk menarik investasi—ritual tersebut sedikit banyak mengandung unsur budaya religi yang sejalan dengan alam pikiran magis masyarakat Indonesia secara historis. Meski begitu, sangat disayangkan bilamana ritual tersebut kedapatan tidak dijalani secara pure dan sungguh-sungguh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H