Awal bulan Oktober ini kita dikejutkan dengan dua hal besar yang sedang terjadi di negara ini. Pertama adalah berita salah satu penyanyi kondang yang menggugat cerai suaminya lantaran tindakan kekerasan rumah tangga yang dilakukan oleh suaminya.
Kondisi media sosial yang sedang hangat-hangatnya dipaparkan berita ini, datang lagi satu peristiwa besar yang cukup menghebohkan, yaitu tragedi kanjuruhan, yang mengakibatkan 100 kematian penonton sepak bola Arema akibat sesak nafas karena tembakan gas air mata oleh petugas kepolisian. Dua kejadian ini meninggalkan bekas trauma yang berat bagi yang mengalami.
Pada kasus pertama, istri yang menjadi korban mengalami kerugian secara fisik dan psikis. Akibat dari tindakan KDRT yang dilakukan oleh suaminya tersebut, korban mengalami lebam di tubuh yang mengharuskannya dirawat secara intensif di rumah sakit.
Dikabarkan bahwa korban juga mengalami pergeseran tulang leher akibat dicekik oleh suaminya. Korban juga mengalami trauma berat akibat kejadian tersebut. Pada kasus kedua, lebih dari 100 kematian menyisakan trauma bagi keluarga yang ditinggalkan.
Para korban tersebut dikabarkan terjebak di pintu keluar stadion dengan kondisi sudah terpapar gas air mata yang disemprotkan polisi ke udara. Pintu keluar stadion yang kecil membuat tidak mudah dilewati oleh penonton yang berjubel ingin keluar.
Akibatnya, banyak di antara orang yang hendak keluar tersebut terjepit, terbawa kerumunan, terjatuh, terinjak, hingga kehabisan nafas. Akhirnya, mereka yang tidak beruntung meninggal saat itu juga.
Dari dua kejadian di atas, saya melihat ada hal yang sama, yaitu adanya emosi --yang dalam hal ini adalah emosi marah- ketika mengambil keputusan. Rasa marah memunculkan perkelahian dalam rumah tangga. Rasa marah juga menyebabkan lepasnya gas air mata berkali-kali yang ditembakkan oleh polisi. Apakah keputusan tersebut tepat?
***
Setiap hari, emosi mempengaruhi kehidupan individu. Emosi dapat mempengaruhi keputusan seseorang untuk berperilaku. Walaupun emosi hadir dalam setiap kondisi hidup, namun emosi belum tentu dapat dengan mudah diidentifikasikan. Hal ini karena emosi dapat berupa respon multisistem dalam cara pandang seseorang terhadap kondisi yang sedang dialaminya.
Sebagai fungsi adaptif seseorang pada perubahan lingkungan, emosi merespon dengan sangat cepat. Misalnya: emosi marah yang dirasakan seseorang mendorongnya untuk menyelesaikan konflik, atau emosi takut memberikan tanda untuk melarikan diri dari bahaya.