Lihat ke Halaman Asli

Tangga 1

Diperbarui: 17 Juni 2015   09:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kamu masih ingat tempat ini Vin? Kalau tangga itu,apa kamu masih ingat? Dulu kita pernah duduk di tempat ini. Tangga i...tu,dulu kamu belai rambutku ,kamu kecup keningku, saat kita duduk berdua di tangga itu.Kata Wanda dengan nada lirih di telingaku. Sudahlah Wan,ini sudah takdir kita,dulu aku juga maunya kamu yang menjadi cinta terahirku,tapi apa?Tuhan tak merestuinya. Sekarang kita sudah mempunyai kehidupan masing-masing.Wanda pun pergi meninggalkanku yang masih terdiam mematung di tempat itu.

Dalam kepalaku,aku masih ingat akan semua peristiwa yangcoba di ingatkan wanda padaku tadi,bahkaan aaku masih ingat kata yang terahir di ucapkan Wanda. Vino,aku mau kamu yang menjadi pendampingku. Jangan selingkuh ya sayang. Yeah setidaknya otakku masih merekam dengansangat jelas kata yang keluar dari bibir tipisnya yang mungil. 3 tahun yang lalu aku duduk di tangga itu bersama Wanda,gadis cantik yang menjadi pujaan hatiku. Kasih sayang yang indah saling kami berikan satu sama lain. Hidupku terasa sangat indah dan penuh warna semenjak aku mengenalnya,aku punmerasa bahagia dengan semua yang aku miliki. Hingga tiba suatu hari,saat matahari tergelincir di ufuk barat,Aku dan Wanda sedang berduaan di sebuah tangga. Tiba-tiba datang seorang laki-laki dengan kasar meraih tangan Wanda dan menarik tubuh mungilnya berdiri di samping,serta langsung mengeluarkan kata dengan nada kasar dari mulutnya. Wanda ini siapa? Kok kalian mesra sekali? Wajahku merah,pikrku kacaudan coba menerka-nerka siapa gerangan laki-laki di depanku ini dan kenapa ia merangkul Wanda kekasihku? Adit? Kenapa kamu ada di sini? i...ni...i Vito, jawab Wanda terbata-bata dan ketakutan, Ia cuman teman kuliahku, kami kesini cuman sekedar bersantai-santai saja. Jelas wanda pada laki-laki itu. Kalau begitu, ayo kita pulang.Kata laki-laki itusambil merarik tangan Wanda dan melangkah menjauhiku yang masih berdiri tegak kaku dan membisu di tempat. Aku hampir tidak percaya dengan penglihatanku barusan. Wanda, wanita yang menjadi penyemangat dan yang menjadi pelangi dalam hidupku,dan wanita yang sangat ku sayangi , ternyata hanyalahwanita yang licik dan sangat pandai bersandiwara. Hatiku remuk, bagai kesetrum listrik beribu-ribu volt tubuhku lemah tak berdaya, bola mataku panas dan seakan tak mampu lagi kantung mataku menahan cairan bening yang hendak mengalir di pipiku. Kejadian 5 menit yang lalu itu seakan merusak semua syaraf dalam tubuhku dan perlahan merusak sistem kreja otak kiriku, darah segar mengalir akibat luka yang dalamdi hatiku,luka yang takan bisa sembuh dan kering dengan waktu yang singkat. Kisah indah yang ku rajut penuh kasih dan sayang , harus berahir dengan penghianatan dn kecewa yang ku terima.

Kejadian 3 tahun lalu itu masih meninggalkan luka di hatiku.Luka yang masihbernanah dan belum kering, semenjak kejadian itu aku memutuskan untuk sendiri,sekarang pun masih sendiri.Entah sampai kapan kesendirian ini menemani hidupku.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline