Lihat ke Halaman Asli

Florensius Marsudi

Manusia biasa, sedang belajar untuk hidup.

Preman Tetaplah Preman

Diperbarui: 24 Juni 2015   11:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kudengar teriakan menggelegar,
datang onak resah mewabah,
memenuhi selorong kota tua,
yang tak lagi suci karena dusta.

Preman kota muncratkan kata,
menggasak, merabak yang terlelap,
lelap akan manisnya uang,
yang terselip di ketiak kekuasaan.

Preman tetaplah 'kan mati,
sekalipun makan ayat suci,
munafik tak terpungkiri,
masih mempan akan upeti!

Tunjukkan bengismu pada korupsi,
ruwat meja - kursi sumber pungli,
potonglah syahwat  tak tahu diri,
meraup uang milik negeri!

O, preman ... preman picisan.
andai kau bukan pecundang,
yang bersuara tak bedengkang,
mengapa masih merasa jagoan?

--------------------------------------------------------------
selagi inspirasi belum basi!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline