Lihat ke Halaman Asli

Florensius Marsudi

Manusia biasa, sedang belajar untuk hidup.

Bencana, Tenda, (Masih Ada) Pilihan...

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Bencana,
banyak atau sedikit manusia ikut berperan,
buang sampah di kali, hutan digunduli - rumah berdiri,
tanah rawa ditimbuni air pergi....lari!

Menyalahkan gejolak alam,
menyalahkan tiupan angin,
menyalahkan turunnya hujan...,
hanyalah membuat hati pilu terhujam.

Mari berbuat dan berbenah,
berbenah mulut yang bicara lepas,
kata bak panah menghujam tandas,
melukai hati melawatkan amanah!

Andaipun engkau tak mau ikut berbenah,
tersedia tenda bagi penilik bencana,
tinggallah di tenda  "bencana",
15 milyar pun terwacana sudah!

Rasa hati yang sedang berkabung,
semendung abu Sinabung,
sekelam Manado tanah  tergelontor,
mengapa masih berulah meneror?

Meneror hati, kondisi dan menambah "bencana,"
andai hatimu amat peka,
tak perlu berleha-leha melihat yang terlunta-lunta,
tidur berkolong langit, berselimut embun!

Ataukah pilihan hidup memang maklumat,
selalu menunda yang amat perlu?
Mengeluh, berunyai melihat yang sekarat?
Ah, andai aku pasti punya malu!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline