Centang perentang tulisanku,
mengenangmu dalam cinta di kalbu terdalam,
manis, pahit, hambar perjalanan kita,
perlu jatuh bangun, untuk memperjuangkan hidup.
Aku terpana sekaligus terbata,
merangkumkan hasrat berteduh kata,
melambaikan masa yang telah tertinggal lama,
selamat jalan cinta.
Onak meronak bak bajak tegak,
enggan merangkak mengasah tanah,
menyingkal lembut membalik tabut,
usiaku berlabuh namun surut.
O, mimpi hidup berkalang kabut,
kemanakah hati ini akan bertaut,
menuang asa nan mendalam,
dikala dunia berlimbah dusta.
Aku 'kan terpana.
-----------------------------------------------------------------------------
Pojok kampus, dikala pagi menyapa perigi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H