Jam 9.30. Tergopoh-gopoh saya mampir ke kamar kecil - WC umum, mau "mengurangi berat badan." Sampai di kamar kecil - WC itu, pintu ku buka. Astaga, jelas - terlihat ada "limbah" dari manusia yang teronggok; "segunung-anakan" yang tidak disiram, sementara air mengalir melimpah di bak air, bahkan mengalir hingga meluber. Melapangkan hati, seraya menguras "energi" menyiram limbah anak negeri, kutuangkan pengalaman hari ini dalam bentuk tulisan - wacana edukasi.
-------------------------------------------------------------------------------------
Ada seekor gajah mengelilingi hamparan rumput yang mulai agak menguning, tandus. Ia mencari makan. Baru sepuluh langkah, gajah itu bertemu laba-laba yang sedang merenda jaring di rerumputan yang agak tinggi,
"Oe ...bleh, ngapain dirimu?"
"Ah, aku cuma mau duduk di pinggir jaring ini. Kalau-kalau ada lalat yang lupa terbang nemplok. Ia mau kukremus ke mulutku. Aku belum makan dua hari je..." kata laba-laba.
"Hah, mana ada lalat lupa terbang. Lalat biasanya selalu terbang. Apalagi menjelang 'musim hujan' seperti ini, terbang mencari 'tambahan' untuk liburan," kata gajah.
"Lah, ya adalah. Itu lo...LALAT MUMET DOT KOM. Lalat pusing yang kerjaannya cuma (maaf) buang tahinya doang. Kalau lalat itu nggak mumet, nggak pusing; habis buang tahinya....ya bersihin. Minimal siram tahinya.... TAHI LALAT, " seru laba-laba.
Gajah itu cuma ngapret, bagai tak bergading! Sementara laba-laba meneruskan merenda jaring.
Dalam hati gajah itu berpikir (gajah bisa mikir, uhuuui), andai lalat itu tahu disiplin, tahu memanfaatkan sarana dengan baik dan benar....hem; malulah manusia!
----------------------------------------------------------------------------------------
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (2006:1180), tahi lalat adalah bintil hitam pada kulit; noda hitam pada kulit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H