Lihat ke Halaman Asli

Florensius Marsudi

Manusia biasa, sedang belajar untuk hidup.

Ya, aku memang ka...fir

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tulisan, ketika "uap mulut" tercium  jengkol.
*) Catatan suatu pagi ketika naik angkutan dalam negeri.
--------------------------------------------------------------------------

Kau tulis aku manusia kafir,
sehingga bagimu, aku harus kau musnahkan.
Aku diluluh-lantakkan, ya... silakan.
Hanya karena kumisku  bagai paku, menembus batas sandiwaramu akan kedamaian.
Menggelitik cinta usilmu akan "istri temanku", kau kafirkan aku.

Oh, kelewatan!

Hanya karena mulutku mengatakan  ketulusan,
kau buahkan kutukan,
aku bak setan.

Oh, keterlaluan.

Manakah batas kekafiran yang tuntas, nan jelas?
Aku cuma merasa,
apapun milikmu,  itu kemuliaanmu. Pakailah!
Sejelek apapun pakaianku, itulah miliku.
Kutak hina!

Antara kepemilikan hidup,
perjalanan hidup,
adalah proses bersama.

Terkecuali jika kau ingin hidup sendiri,
di bumi pertiwi,
tanpa kendali, bak lelaki ingin kawin lagi...lagi dan lagi, silakan.
Itukah yang kau mau?

Ya, aku memang ka...fir,
kafir  -- sebatas hidupku --  yang tak pandai bersyukur dan berpikir!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline