Lihat ke Halaman Asli

Florensius Marsudi

Manusia biasa, sedang belajar untuk hidup.

Mas Yanto Penjahit Sepatu

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1341901276170882200

Beliau bernama Suyanto. Berasal dari Wonogiri - besar di Solo, Jawa Tengah. Pekerjaan saat ini sebagai reparator - tukang memerbaiki - sepatu dan sandal, kadang ia juga memerbaiki payung yang rusak. Orang yang biasa memperbaiki sepatu,  dikenal dengan panggilan "tukang sol sepatu."

[caption id="attachment_193407" align="aligncenter" width="300" caption=""Mas Yanto sedang berkarya" (gbr: dok pri)."][/caption]

Mas Yanto (begitu dipanggil) merantau ke Palembang. Di Wonogiri, ia  memunyai seorang istri dan dua orang anak. Anak yang pertama dipanggil Anna, sekarang Anna sudah tamat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Anak yang kedua, panggilannya Rizki, masih kelas dua Sekolah Menengah Pertama (SMP), naik ke kelas 9 (kelas III).

[caption id="attachment_193411" align="aligncenter" width="300" caption=""Mas Yanto sol sepatu" (gbr: dok pri)."]

1341901613851646687

[/caption]

Ketika "berdinas", mas Yanto mengendarai sepeda jengki, butut.  Mengendarai sepeda baginya, selain hemat, sehat;  juga tak terkena macet. Mas Yanto berencana mengumpulkan uang untuk pulang ke Wononogiri, Jawa Tengah. Senin 16 Juli 2012, mas Yanto  akan pulang ke Wonogiri naik bus. Ongkos bus 330.000 rupiah, tiket sudah dipesan - dibeli.  Kepulangannya karena ia ingin menjalani masa puasa bersama keluarganya di Wonogiri. Berkumpul bersama keluarga dan berpuasa bersama, bagi mas Yanto adalah kesempatan istimewa.

[caption id="attachment_193409" align="aligncenter" width="300" caption=""Kendaraan dinas mas Yanto" (gbr: dok pri)."]

13419013681110623781

[/caption]

Penghasilan mas Yanto rerata sehari 30.000 - 50.000 rupiah. Uang segitu belum 'dipangkas' untuk uang makan, belum dipotong untuk beli sayur, dan kebutuhan lainnya, termasuk menyisihkan uang untuk biaya sekolah anaknya. Di Palembang ia mengontrak bedeng - kamar papan, setahun biaya kontrak 1.000.000. Karena merasa berat, maka sekamar  ditempati tiga orang, bayar kontrak secara gotong - royong, iuran.

Kata mas Yanto, ia menikah ketika umur sembilan belas tahun, istrinya berumur 18 tahun. Ia cuma tamat SMP.  Istrinya tamat Sekolah Dasar. Saat itu ia bermaksu melanjutkan sekolah, namun orang tuanya tak sanggup untuk membiayai sekolah lagi. Maka mas Yanto  memutus sekolah, tak melanjutkan sekolah.

Kini dengan "statusnya" sebagai tukang memperbaiki sepatu (tukang sol sepatu), ia juga merasa bangga, minimal; jika ia hanya tamat SMP, anaknya sudah ada yang tamat  SMK. Oh iya, sebelum menjadi tukang sol sepatu, ia dulu berjualan "es tung-tung." Berjualan "es tung-tung" menggunakan gerobak. Namun, ia merasa banyak saingan, lagi pula semakin banyak es krim kemasan yang harganya lebih murah dan rasanya juga lebih enak, maka mas Yanto "pindah haluan" menjadi tukang sol sepatu.

Mas Yanto bekerja dengan rapi. Ia katakan,

"Mas, saya tak ingin kerja asal-asalan. Sekalipun saya hanya tukang sol sepatu, pekerjaan ini juga menyangkut masalah percaya - memercayai. Jika saya bekerja dengan baik, rapi,  saya merasa puas, orang juga percaya bahwa hasil kerja saya baik."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline