Lihat ke Halaman Asli

Florensius Marsudi

Manusia biasa, sedang belajar untuk hidup.

Jatah Saya!

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Seorang bapak, beristri dua, beranak lima.  Beberapa malam yang lalu, bapak tersebut kedapatan memperkosa seorang perawan tua sebelah desa. Bapak itu lalu digelandang ke balai desa.  Lelaki paruh baya itu masih juga mengelak ketika ditanya, bahwa ia memperkosa. Ia selalu mengatakan bahwa perbuatan itu dilakukan suka sama suka, tidak maksa. Ia merasa tak memperkosa.

"Jika suka-sama-suka, mengapa wajah bapak ada bekas kuku, cakaran?" Kata petugas keamanan desa.

"Oh, ini....,  ini tercakar kucing..."

"Tidak...tidak, itu bekas kuku saya". Teriak perawan tua  yang telah diperkosa, seraya menutup muka.

Geregetan, seorang ibu berlari mendekati bapak itu. Dan sigap...ia memelorotkan celana lelaki itu.  Ibu itu mengeluarkan silet dari jepitan tangannya, dan...

"Kres...."

"Aduh... aduh... aduh....." Bapak itu berteriak kesakitan.

Darah mengalir dari selangkang bapak itu. Ibu itu menggenggam sesuatu. Kemaluan lelaki itu, penis  kurang lebih sepuluh senti.

Riuh  rendah suara di balai desa. Ada yang berguman, ada yang berteriak-teriak. Namun di balik keriuhan itu ada seorang wanita muda, membopong anak, sambil menangis.

"Mengapa menangis Bu?"

"Ya, saya sedih. Saya istri pertama bapak itu. Mestinya "yang terpotong itu", jatah saya nanti malam.....

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline