Lihat ke Halaman Asli

Florensius Marsudi

Manusia biasa, sedang belajar untuk hidup.

"Mister Jarkoni"

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sekedar catatan:

"Saudara-saudara, dalam hidup, kita  harus tolong menolong. Kita harus saling meringankan beban penderitaan orang lain, memperhatikan kepentingan yang lainnya". Begitulah kata - kata  bos  Sudarso; ketika beliau  memberi ceramah kepada anak buahnya. Hadirin pada saat itu cuma manggut-manggut.

Sudarso, pria trendi, berumur paruh baya. Rambutnya sebenarnya sudah putih, hanya demi aktualisasi diri rambut itu dicat hitam legam. Di kampung itu,  ia sendirilah yang mempunyai kendaraan, mobil sedan, warna  hitam metalik. Ia juga mempunyai sopir pribadi.

Suatu malam, jam 23.17....

"Pak Darso, apakah saya bisa minta tolong? Saya mau pinjam mobil. Air ketuban (kandungan) istri saya sudah pecah.  Saya takut jika tidak segera dibawa ke rumah sakit, nyawa istri dan anak saya tak tertolong".  Pinta pak John.

"Hah....nggak bisa. Nanti jok mobil saya bau amis kena air ketuban, mis...amis. Anyir. Cari mobil yang lain  saja". Jawab pak Darso.

"Ya sudah, pak Darso. Maaf, saya telah mengganggu istirahat Anda".  Kata pak John dengan wajah memelas.

Pak Darso masuk rumah, menghentakkan pintu , sambil mlengos.

Masih ada  orang yang hanya pintar berceramah,  tetapi ia tidak bisa menjalani apa yang diceramahkannya. Kami menyebut orang semacan itu, dengan sebutan “Mister Jarkoni” (bisa berujar, tetapi tidak bisa menjalani).




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline