"Mas, aku gagal wawancara, kemarin. Nggak lulus". Kata Win (sebut saja begitu), ketika ia mendekatiku saat istirahat makan siang.
"Kenapa?" Tanyaku.
"Nggak tahulah, Mas".
"La.. kok nggak tahu. Piye to?" tanyaku tidak yakin, "coba ingat-ingat lagi, mungkin ada yang tidak beres saat itu, entah caramu menjawab pertanyaan, caramu berpakaian, bahkan bau mulutmu pun ikut memengaruhi secara tak langsung...."
Kulihat wajah Win, agak memerah.
"Berpakaian, penampilan juga memengaruhi to Mas?"
"Ah, dikau ini gimana sih? Coba tengok, tampilanmu. Celana Jeans...koyak....dhiwut-dhiwut, rambut gimbalan.... Jika kondisimu saat itu, sama dengan situasimu saat ini, berhadapan denganku....wah gaswassst". Kataku.
"Jujur, mas Mar. Aku memang pakai celana Jeans saat tes wawancara. Berkaos berkerah. Wong...ada tulisan 'Ketika wawancara berpakaian bebas, rapi dan sopan'...."
Wajah si Win agak berembun. Bintik keringat mulai muncul....
"Win....Win. Dikau ini sarjana. Berpendidikan tinggi mbok ya yang bisa empan papan. Lain waktu, jika ada tes wawancara berpakaianlah yang rapi. Minimal berbaju, baju lengan panjang (kalau ada), potong - rapikan rambutmu. Coba hilangkan bau mulut (bau rokok).... dan seterusnya".
Aku melanjutkan makan. Win membisu. Kulihat ia sedang mencoba membuka Face Book. Di rak buku, sampul - judul buku, biasanya akan terlihat lebih dulu.