Lihat ke Halaman Asli

Florensius Marsudi

Manusia biasa, sedang belajar untuk hidup.

"Khotbah Kutang"

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13096265392019780711

[caption id="attachment_117657" align="alignleft" width="300" caption="pengkhotbah..... (gbr. dari Google)"][/caption] Menggelegar, berbusa-busa bahkan air liurnya sampai beberapa kali muncrat. Begitulah yang kulihat pada diri Pengkhotbah itu. Mungkin karena ia masih muda. Mungkin karena ia baru selesai studi (menyelesaikan S...S....dan S...yang kesekian kalinya), hingga lupa, bahwa ia berbicara harus membumi. Membumi, bahwa kata-kata yang keluar dari  mulut;   mestinya yang sederhana, tepat dan yang mudah dimengerti. Apalagi untuk kami yang wong ndeso ini. ".....saudara-saudari yang terkasih, jika Allah mempunyai kehendak, semuanya bisa mendadak. Penghendakannya itu bisa simultan, bisa konstan....namun tak arogan". Sepotong kalimat kudengar jelas....las. Entah mengapa .....nyut....nyut ... kepalaku.... "Mas Marsudi....".  Aku menoleh. Ternyata yang menyapa mbah Trimo, tetanggaku yang  kurang dapat mendengar dengan baik (kurang pendengaran). "Ya Mbah...".  Jawabku. "Itu yang khotbah saru...jorok ya, nggak pantas". "Lo, ada apa to Mbah?" "Mosok, khotbah kok nggak jelas, apalagi ngrembuk - membahas - kutang (BH). Duh....tambah nyut-nyutan  kepalaku......???? -------------------------------------------- Pasti berbeda arti, antara konstan dan kutang.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline