Lihat ke Halaman Asli

Florensius Marsudi

Manusia biasa, sedang belajar untuk hidup.

Ember!

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Halo, selamat pagi.

Di depan rumahku ada beberapa ember warna hijau. Dulu, ember itu untuk mengangkut semen yang telah diaduk.  Semen yang telah diaduk campur pasir,  yang akan digunakan oleh tukang, pemasang batu bata.  Dulu ember itu mulus....lus.  Tetapi setelah digunakan untuk angkut - mengangkut semen,  hm... sangat kotor.

Saya telah berusaha membersihkannya. Diketok-ketok, dicuci...masih saja semen itu menempel.

Kira-kira seperti itulah  hati "bapak tua" yang kuhormati.  Seperti ember hijau yang saya miliki. Mulus...lus, ketika ember itu belum tergunakan. Nah...begitu hati itu "tergunakan", mulai menjabat, mengambil keputusan, 'ketok palu' .... Mulai ada iming-iming, sedikit semen menempel..... Tercemarlah.  Yang lain malah berkomentar,

"Olala..... la wong Gusti Allah saja nggak ingat (nggak diingat). Apalagi manusia kesrakat (menderita-sekarat)...."

Aku terdiam.

Lalu,

"Mengapa begitu, kok bisa?"   Tanyaku.

"Muda foya-foya, harta-wanita-dunia, itu surga. Begitu tua, sekarat, ....segera tobat. Menetap di liang lahat".

Di liang lahat,

"Sudah pas mas Marsudi. Tolong miringkan dikit...."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline