Lihat ke Halaman Asli

Florensius Marsudi

Manusia biasa, sedang belajar untuk hidup.

Hancurkan, Buanglah...

Diperbarui: 26 Juni 2015   09:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Sahabat,

Beberapa jam yang lalu, tetangga saya membeli obat. Katanya, ia membeli obat dari seorang pengecer obat keliling (bermotor).... Kebetulan saya pas lewat.  Kulihat dari bungkusnya (yang kebetulan dikemas dalam botol), saya agak curiga. Ada yang tidak beres, pikirku.  Rupanya benar, tanggal kedaluwarsa obat tersebut sudah agak kabur, bahkan kusempatkan - kulihat pakai kaca pembesar, sengaja dikaburkan.

Merasa tidak puas dengan apa yang kulihat, dan merasa tidak sampai hati tetanggaku mendapat celaka, akhirnya saya membawa  obat tersebut ke apotek. Di apotek tersebut, saya diterima oleh penanggung jawab apotek. Ia seorang tenaga medis (sekaligus apoteker). Kutanyakan  hal ikhwal obat tersebut, mulai dari label, tutup, segel,  tanggal kedaluwarsa, hingga botol yang dipakai.  Kesimpulannya, obat tersebut sudah dipalsukan, sekalipun menggunakan botol yang asli, terbuat dari kaca.

Lebih dari sekedar yang kutanyakan, apoteker yang cantik itu malah memberikan saran padaku sebagai berikut:

>belilah obat di apotek yang kita percayai bahwa apotek tersebut menjual obat yang terrekomendasikan dari sisi medis.  Usahakan untuk tidak membeli obat dari pedagang obat eceran, ketengan,  apalagi pedagang tersebut tidak kita kenal secara detail.

>rusakanlah (atau pecahkan) botol obat  yang sudah tak terpakai, yang akan dibuang ke tempat sampah.  Maksudnya jangan sampai botol bekas tersebut dipakai kembali (dijual kembali) oleh oknum yang tak bertanggung jawab.

>jika dirawat di rumah sakit, dan anda dinyatakan sudah sembuh, anda pulang. Jika ada obat yang tersisa, bawalah pulang,  sisa obat tersebut.  Sesampai di rumah hancurkan obat tersebut, setelah itu buanglah.

Mendengar saran  apoteker tersebut, saya cuma manggut-manggut, mengangguk-angguk. Ada ilmu baru, batinku.
Untung  obat tersebut belum dimakan ....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline